

inNalar.com – Selain dikenal dengan ragam budaya, tradisi, objek wisata, bahkan kulinernya. Cirebon juga dikenal dengan cuaca panasnya.
Hal tersebut sudah bukan lagi hal asing bagi masyarakat Cirebon. Namun terik matahari yang tinggi tersebut terkadang membuat mereka sampai mengalami gangguan kesehatan seperti cepat lelah, dehidrasi, bahkan alergi kulit.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon sendiri mengungkap bahwa kota ini tercatat sebagai salah satu kota dengan suhu tertinggi di Indonesia.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tercatat rata-rata suhu untuk wilayahnya sendiri mencapai lebih dari 30 derajat celcius setiap harinya.
Wilayah ini juga sempat mencapai suhu tertinggi yaitu sebesar 38,4 derajat celcius. Bahkan pada tahun 2019 Indonesia mengalami el nino, suhu udara di salah satu kota Jawa Barat ini pun mampu mencapai 39 derajat celcius.
Kondisi cuaca seperti ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti letak geografis dan lingkungan di kota ini.
Baca Juga: 5 Tahun Macet, Megaproyek Rp3,9 Triliun Ini Berulang Kali Gagal Sambungkan Kediri dan Nganjuk
Berikut ini beberapa faktor yang penyebab suhu di Cirebon kian panas.
1. Letak Geografis
Berlokasi dekat dengan pesisir pantai dan dataran rendah, membuat Cirebon rentan dengan suhu tinggi.
Terletak dekat dengan Laut Jawa yang juga menyebabkan tingkat kelembaban yang tinggi dan membuat penduduk tempat merasakan panas dan gerah.
2. Musim Kemarau
Dengan rata-rata suhu udara yang tinggi, suhu di Cirebon semakin meningkat saat musim kemarau.
Situasi tersebut bertambah parah dengan curah hujan yang terbilang kurang di Cirebon dan menyebabkan udara menjadi kering dan panas.
3. Kurang Ruang Hijau
Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Cirebon masih terbilang jauh dari target 30 persen.
Baca Juga: Surga Baru ASN Ada di IKN! 47 Tower Mewah Siap Huni dengan Fasilitas Lengkap, Tinggal Bawa Koper Aja
Kebutuhan 30 persen tersebut berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup karena polutan yang bisa diserap oleh tumbuhan.
Kurangnya area terbuka juga peningkatan pembangunan infrastruktur semakin mengurangi pendinginan alami.
Faktor ini membuat panas lebih terperangkap di permukaan tanah sehingga meningkatkan efek ‘Urban Heat Island’ (pulau panas perkotaan).
Baca Juga: Dipoles Rp161,5 Miliar! Waterfront City di Samosir Auto Jadi Tempat Healing Penat: Pernah Ke Sini?
Secara keseluruhan, jumlah RTH di Cirebon saat ini mencapai 11,9 persen dan cukup jauh dari target 30 persen untuk setiap daerah.
Pada dasarnya ada beberapa lahan yang berpotensi dan bisa dimanfaatkan menjadi lahan RTH untuk kemudian bisa ditanami pepohonan dengan kondisi tanah yang subur.
Namun proses sertifikat lahan oleh pemda cakupannya belum sampai seluruh kawasan tersebut dan menghambat proses penambahan RTH.
Baca Juga: Proyeksi Cuan Rp5,1 Triliun, Kawasan di Sumatera Utara Seluas 6,4 Ha Dibabat Habis Jadi Begini
Belum lagi dengan cuaca yang panas membuat penggunaan pendingin udara meningkat dan menyebabkan konsumsi energi yang lebih tinggi dan menambah beban listrik.
Karena itu perlu juga kerja sama masyarakat untuk menyadarkan adanya hal yang perlu ditingkatkan berkaitan dengan pentingnya menjaga lingkungan.***