

inNalar.com – Pembangunan salah satu smart city Arab Saudi di Kota NEOM, yakni the Line, terpaksa berakhir lebih realistis.
Jika awalnya kota berapit kaca, the Line di Arab Saudi ini digadang akan megah memanjang hingga 170 kilometer.
Usai sebagian pekerja di sisi barat laut Arab Saudi diberhentikan, panjang the Line diproyeksikan menciut drastis.
Melansir dari the New Arab, megaproyek ambisius di tengah hamparan gurun ini panjangnya hanya 2,4 kilometer.
Pengurangan skala panjang pembangunan ini terjadi sebab adanya kendala yang menghimpit progres proyek ‘gila’ tersebut.
Sebagai gambaran, kota futuristik dekat Laut Merah ini rencananya akan diapit kaca setinggi gedung pencakar langit, yakni sekitar 500 meter.
Smart city yang membentang panjang layaknya garis di tengah gurun ini rencananya akan menampung sekitar 9 juta penduduk.
Megaproyek termegah Arab Saudi ini diestimasikan menelan biaya konstruksi sebesar $1,5 triliun atau setara Rp24 kuadriliun.
Kota cerdas ini pun dirancang agar para pemukimnya dapat menikmati kota tanpa polusi kendaraan.
Baca Juga: Sumur Mathilda Menjadi Citra Kuatnya Kota di Kalimantan Timur Ini Sebagai Penyangga IKN, tapi…
Sehingga diyakini kota The Line NEOM ini menjadi daerah dengan emisi karbon terendah di Arab Saudi.
Sejumlah polemik menjegal megaproyek ini, mulai dari pengusiran Suku Howeitat hingga nilai investasi yang terlampau fantastis.
Desain yang dipandang utopis bak film ber-genre fiksi ilmiah Tomorrowland mengundang rasa skeptis publik.
Namun di saat yang bersamaan megaproyek ini sangat dinanti warga dunia, terutama masyarakat Arab Saudi sendiri.
Bagaimana tidak, kota cerdas ini disebut akan beri pemasukan Arab Saudi hingga $100 miliar pertahun.
“Sang Putra Mahkota berharap NEOM akan menghasilkan US$100 miliar setiap tahunnya pada tahun 2030,” dikutip dari penelitian Stephen Grand dan Katherine Wolff (2020, 37). Lantas, mengapa megaproyek the Line tidak lagi ambisius?
Salah satu faktor penyebab utama panjang bentang kota The Line NEOM adalah karena persoalan kesiapan dana.
Pemukiman yang digadang bakal memiliki suasana kota vertikal tersebut berakhir tersendat dan makin realistis sebab anggaran dana tahun 2024 yang masih belum disetujui.
Penantian persetujuan anggaran ini terjadi di tengah cadangan kas pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang disebut makin menyusut.
Apabila mengamati perkembangan keuangan pemerintahnya sendiri, dapat dipahami negara tersebut tengah survive menghadapi pertumbuhan ekonomi yang melambat akhir-akhir ini.
PDB riil Arab Saudi menyusut 1,8 persen pada kuartal pertama 2024. Hal tersebut dipengaruhi pula karena adanya pemangkasan produksi minyak.
Selain itu, harga minyak yang menyusut pun menjadi salah satu faktor penyumbang beratnya kondisi ekonomi negara tersebut.
Dari kapasitas produksi semula 12 juta barrel per hari, kini pihaknya hanya memproduksi sekitar 9 juta barrel per hari.
Hal tersebut sebagaimana pula merupakan bagian dari kesepakatan OPEC beserta produsen minyak dunia lainnya.
Kendati demikian, YouTube NEOM masih memberikan progres pembangunan kota cerdas, teranyar per Mei 2024.
Diklaim libatkan 140 ribu pekerja konstruksi, pemerintah Arab Saudi mengklaim berhasil melakukan pengembangan tahap pertama di the Line.
Tampak pula Megaproyek pembangunan Kota Oxagon, Trojena, Pulau Sindalah, dan destinasi wisata bersejarah Teluk Aqaba akan tetap berlanjut.***