Mana Yang Benar, Idul Adha Mengikuti Arab Atau Ikut Pemerintah? Ini Jawaban Ustadz Adi Hidayat


inNalar.com – 
Idul Adha, semua umat muslim pasti nantinya akan merayakan hari raya ini di dunia. Dengan persiapan membawa hewan yang diqurbankan dan akan sembelih sesuai dengan syariat islam.

Namun, sebelum hari raya atau melakukan qurban, umat muslim disunatkan untuk melakukan puasa. Dimana puasa tersebut dikatakan sebagai puasa Arafah.

Keesokan harinya, barulah umat muslim akan melaksanakan hari raya yang berlanjut dengan pemotongan hewan qurban. Tapi, kenapa ada perbedaan dari waktu puasa arafah dan Idul Adha antara Arab dengan Indonesia?

Baca Juga: Lakukan Hal Ini Untuk MenghilangkanStretch Mark Secara Alami Tanpa operasi

Dari perbedaan tersebut, Ustadz Adi Hidayat memberikan penjelasan antara perbedaan Idul Adha Arab dan Indonesia. Menurutnya, terdapat 2 pendapat tentang perayaan Idul Adha yang tidak perlu diperdebatkan lagi.

Karena untuk melaksanakan hari raya Idul Adha, sebenarnya Arab dan Indonesia telah memiliki dasarnya masing-masing yang memang tidak perlu lagi diperdebatkan.

Sebelum melaksanakan hari raya, tentu akan ada puasa Arafah. Menurut Ustadz Adi Hidayat, puasa Arafah haruslah sesuai wukuf saat di Mekah atau mengikuti keputusan pemerintah.

Dan kapan terjadi puasa Arafah? 9. Begitulah pertegas Ustadz Adi Hidayat. Karena ada orang-orang yang keliru mengatakannya sebagai shoum arafah, bukan syiam arafah.

Sedangkan dikatakan Arafah itu karena adanya momentum orang yang wukuf di padang Arafah. Jadi saat mengatakan puasa Arafah, maka itu jelas saat orang-orang wukuf. Dan tidak ada tafsir lain.

Penjelasan di atas merupakan saat berbicara dengan momentum yang tepat menyesuaikan orang wukuf di padang Arafah tanpa menggunakan Youm. Karena saat menggunakan Youm, maka puasa Arofah itu akan menyesuaikan sesuatu pada waktunya, bukan dari momentumnya.

Untuk mengingatkan kembali, wukuf terjadi saat tanggal 9 Dzulhijjah. Akan tetapi, jika menggunakan Youm, saat di satu daerah, satu tempat dan satu negara telah memasuki tanggal 9 Dzulhijjah, sedangkan waktu itu tidak bersamaan dengan waktu wukuf, maka itu sudah masuk waktu untuk berpuasa.

Itulah yang dimaksud dari menyesuaikan waktunya, bukan dari momentum bersamaan dengan orang wukuf di Arab.

Halitu juga dijelaskan dari ulama-ulama di Saudi, yang memberikan fatwa saat di suatu negara zona waktunya emiliki perbedaan yang jauh, tidak terlampau dekat yang bisa melahirkan perbedaan waktu, berarti waktu di negara tersebutlah yang diikuti.

Jika terdapat perbedaan hari raya Idul Adha Arab dengan Indonesia, Buya Yahya juga pernah menjelaskan hal ini di Channel Youtubenya.

Pada penjelasannya tersebut, puasa Arafah memang biasa dilakukan tanggal 9 Dzulhijjah. Akan tetapi, jika sedang berada di Mekah, berarti lakukan puasa itu sesuai dengan waktu wukuf.

Sedangkan jika di luar negeri, lakukanlah puasa Arafah tersebut tanggal 9 Dzulhijjah. Hanya saja kapan tanggal 9 Dzulhijjah di Indonesia itu terjadinya berbeda-beda.

Melanjutkan kembali ceramah Buya Yahya, jika warga Indonesia ingin mengikuti puasa tanggal 9 Dzulhijjah bersamaan dengan Arab, maka itupun tidak masalah. Jika seperti itu berarti yang diikuti adalah pendapat dari Imam Malik. Dan pendapat hari raya Idul Adha itu ada juga dari Imam syafi’i.

Jadi mengikuti puasa dan Idul Adha seperti waktu di Arab atau Indonesia itu yang mana saja tidak masalah. Karena kedua hal itu memiliki fiqih yang berdasar dari Imam Malik dan Imam Syafi’i.

Nah itulah perbedaan dari puasa Arafah dan Idul adha dari Arab dan Indonesia. Tentu kedua hari raya ini bisa saja memiliki waktu yang berbeda. Namun tentu kedua hal itu juga memiliki fiqih yang dibenarkan oleh Imam Mazhab. Jadi mana yang akan kamu pilih?

*** Alma Malik Dewantara

Rekomendasi