

inNalar.com – Proses Islamisasi di tanah Jawa tak pernah lepas dari peran Walisongo. Mereka telah berhasil membangun fondasi yang kokoh bagi terbangunnya komunitas muslim di Jawa.
Keberhasilan itu bisa kita lihat dengan berdirinya kerajaan Demak, Cirebon, dan Banten. Salah satu kerajaan penting di Jawa adalah kerajaan Cirebon.
Kerajaan Cirebon berdiri pada tahun 1448 dan didirikan oleh Pangeran Walasungsang. Beliau sebenarnya pewaris dari kerajaan Padjajaran, namun karena beliau beragama muslim, maka gelar putra mahkotanya dicopot.
Kemudian Pangeran Walangsungsang membuat pedukuhan di daerah Kebon Pesisir dan mendirikan Kuta Kosod (susunan tembok bata merah tanpa spasi), membuat Dalem Agung Pakungwati serta membentuk pemerintahan di Cirebon pada tahun 1430 M.
Mengenai perkembangan Islam di wilayah Cirebon, hal itu tak lepas dari peran Pangeran Cakrabuana yang dikenal oleh masyarakat Jawa Barat bernama Ebah Kuwu Sangkan atau Pangeran Walangsungsang yang telah disebut diatas.
Pangeran Walangsungsang bersama adiknya Rara Santang belajar Islam kepada Syekh Quro di Karawang dan Syekh Nur Jati di Cirebon. Rara Santang adalah ibu dari Syekh Syarif Hidayatullah yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.
Baca Juga: Terbatas! Inilah 12 Link Twibbon Pilihan Terbaik Ucapan Ramadhan 2022, Lengkap Cara Memasangnya
Islam di Cirebon mencapai puncak kejayaannya pada masa Syekh Sunan Gunung Jati, pada tahun 1479 M ia mendapat restu dari Pangeran Walangsungsang dan Dewan Wali Sanga yang diketuai oleh Sunan Ampel telah menghentikan upeti kepada kerajaan Pajajaran yang menandakan telah berdirinya Cirebon.
Cirebon dibawah kekuasaan Sunan Gunung Jati melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran dan menjadi negara Kerajaan Islam yang berdaulat.
Islamisasi yang diusahakan di Cirebon sendiri tidak serta merta diterima oleh masyarakat, karena pada dasarnya Cirebon merupakan bekas daerah kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran, kerajaan bercorak Hindu-Budha.
Baca Juga: Kajian Ramadhan 2022: Aktivitas pada Waktu Sahur, Begini Penjelasan Ustadz Abduh Tuasikal
Strategi Sunan Gunung Jati dalam pengembangan agama Islam di Cirebon, dilakukan dengan pendekatan agama, ekonomi, politik dan kultural. Dengan pendekatan tersebut maka dalam waktu yang relatif singkat Islam dapat menyebar hampir keseluruh wilayah Jawa Barat terutama di Cirebon.
Pada saat itu, beribu-ribu orang berdatangan kepada Sunan Gunung Djati untuk berguru agama Islam. Para bupati seperti Galuh, Sukapura, dan Limbangan menerima dan memeluk agama Islam dan menghormati Sunan Gunung Djati.
Secara ekonomis Kesultanan Islam Cirebon yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati berada didalam jalur internasional perdagangan jarak jauh yaitu perdagangan jalur sutra.
Dengan letaknya yang strategis secara ekonomis, maka di kesultanan Cirebon tumbuh dan berkembang pemukiman bagi para pelaku ekonomi baik yang berasal dari dalam maupun luar Cirebon atau pendatang.
Hal inilah yang mendorong Cirebon muncul kota bandar dan merupakan salah satu bandar utama di pantai Utara Jawa.
Baca Juga: [Opini] Perspektif Maqashid Syari’ah Terhadap Penundaan Pemilu 2024
Di sinilah titik terang penyebaraan Islam kemudian menyebarkan sayapnya sampai ke wilayah Luragung Kuningan, Raja Galuh Majalengka, Sindang Kasih, dan Wilayah Indramayu.
Termasuk juga ke wilayah Tatar Pasundan dan wilayah Banten. Menurut Carita Purwaka Caruban Nagari, Selain mengendalikan kekuasaan politik sebagai penguasa kesultanan Islam Cirebon, Sunan Gunung Jati terus menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok tatar Sunda.
Sampai sekarang pun nilai-nilai budaya yang ditinggalkan oleh Sunan Gunung Jati masih bisa kita temui.
Hal itu adalah bagian terpenting dari proses Islamisasi yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan agama Islam di Jawa Barat.
Baca Juga: 10 Link Twibbon Ramadhan 2022, Ucapkan Marhaban Ya Ramadhan 1443 Hijriah dengan Cara Berbeda
Peninggalan Sunan Gunung Jati di antaranya adalah Kraton Pakungwati, Sangkala Buana (alun-alun), Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, Tajug Jalagrahan, benda-benda pusaka yaitu terdiri dari persenjataan tradisional hingga kereta kencana.
Hal paling menarik dari peninggalan budaya dari aktivitas Sunan Gunung Jati di Cirebon adalah bidang Planologi atau Tata Kota.
Susunan pusat ibu kota Kerajaan Cirebon merupakan perubahan awal dari karakteristik kota di Indonesia yang bercorak Islam yang terdiri dari unsur arsitektur masjid, istana, pasar, tembok pertahan alun-alun, bangunan audiensi dan pelabuhan.***