Tersandung Isu Dana CSR Rp200 Miliar, Raja Batu Bara Kalimantan Timur Ini Pernah Dikeluhkan Wagub Kaltim

inNalar. com – PT Bayan Resources Tbk, raja batu bara di Kalimantan Timur (Kaltim), mendadak menjadi sorotan publik terkait penyaluran bantuan yang diisukan berasal dari dana CSR.

Dana CSR yang dituding sebagai bagian dari CSR (Corporate Social Responsibility) tersebut mencapai Rp200 miliar dan dikabarkan mengalir ke sejumlah universitas di Jawa.

Hal ini memicu kritik tajam dari berbagai pihak di Kalimantan Timur, termasuk keluhan dari Wakil Gubernur Kaltim yang turut buka suara atas kebijakan tersebut.

Baca Juga: Koin Kuno 50 Rupiah Komodo Harganya Melangit hingga Rp30 Juta, Fakta atau Hoaks?

Pasalnya, bantuan tersebut dinilai lebih mendahulukan manfaat untuk masyarakat di pulau lain dari pada provinsi ini sendiri, tepatnya di lokasi operasional perusahaannya.

Dalam rapat paripurna DPRD Kaltim, Wagub Kaltim, Hadi Mulyadi menyampaikan kekecewaannya.

“Perusahaan tambang di sini beroperasi, tetapi kontribusinya justru dinikmati daerah lain,” keluhnya dalam rapat tersebut.” ujarnya Hadi, dikutip dari Antara, pada Senin (16/12/2024).

Baca Juga: Perusahaan Tambang di Halmahera Ciptakan Inovasi Gila, Ampas Nikel ‘Disulap’ Jadi Bahan Konstruksi Premium

Lebih lanjut, Wagub Kalimantan Timur tersebut juga menyebutkan rincian donasi uang diberikan dari raja batu bara tersebut terhadap perguruan tinggi di Jawa.

Yaitu, sebesar Rp100 miliar untuk Institut Teknologi Bandung, Rp50 miliar untuk Universitas Indonesia, dan Rp50 miliar untuk Universitas Gadjah Mada.

Hadi menilai perguruan tinggi lokal, seperti Universitas Mulawarman (Unmul), seharusnya mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan universitas di luar pulau.

Baca Juga: Benarkah Uang Kuno Bakal Selalu Dibayar Mahal Kolektor? Begini Faktanya

Namun, Humas PT Bayan Resources, Syahbudin Noor, segera melakukan klarifikasi perihal isu yang booming di kalangan masyarakat di sekitaran Kalimantan Timur.

Ia menegaskan bahwa donasi untuk Jawa bukan berasal dari dana CSR perusahaan, melainkan murni bersumber dari kekayaan pribadi Dato Low Tuck Kwong.

Diketahui, Dato Low Tuck Kwong ini adalah pemilik sekaligus presiden dari raja batu bara atau direktur PT Bayan Resources tersebut.

Baca Juga: 95 Km dari Padang, Ada Misteri Orang Rantai di Tambang Batu Bara Sumbar yang Jadi Pemasok Perang Dunia II

Dato Low Tuck Kwong juga dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia yang memiliki sumber cuan menggurita.

Melansir Forbes, pada Senin (16/12/2024), miliarder kelahiran Singapura ini tidak hanya berhasil membangun bisnis tambang batu bara di Indonesia.

Ia juga menjadi salah satu bisnisman besar di Asia yang tidak hanya berada di bidang bisnis seperti batu bara tetapi juga aktif dalam kegiatan filantropi.

Lebih lanjut, Syahbudin juga menjelaskan bahwa penyaluran CSR Bayan Resources harus sesuai dengan dokumen rencana kerja yang diajukan ke Kementerian ESDM.

Klarifikasinya terkait dana bantuan ke Jawa juga membeberkan faktanya bahwa PT Bayan Resources tetap memiliki program CSR di Kaltim.

Baca Juga: LINK Live Streaming Persik vs Arema FC BRI Liga 1 Senin 16 Desember 2024, GRATIS Nonton Indosiar

Bahkan, salah satu fokus utama perusahaan adalah dana pendidikan bagi masyarakat lingkar tambang di Kutai Kartanegara.

Yaitu, beasiswa senilai Rp10 juta per tahun telah diberikan kepada 74 mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Selain itu, PT Bara Tabang, anak usaha Bayan Resources juga menggagas program pelatihan soft skill dan kewirausahaan yang bekerja sama dengan UPT Perkasa Unmul.

Program ini sengaja diselenggarakan dan ditujukan untuk meningkatkan daya saing mahasiswa lokal, khususnya yang berasal dari area tambang.

Lebih lanjut, Bayan Resources juga pernah menjalin komunikasi dengan Unmul. Pada 2019, Dato Low bersama manajemen perusahaan secara langsung mengunjungi kampus.

Direktur Bayan Resources, Lim Chai Hock, turut memberikan klarifikasi. Ia menekankan bahwa perusahaan tidak memiliki kendali atas donasi pribadi Dato Low Tuck Kwong.

Dalam catatan Lim, perusahaan juga mendukung mahasiswa Kaltim yang ingin menempuh pendidikan di luar negeri.

Dua mahasiswa dari lingkar tambang, misalnya, menerima bantuan hingga Rp105 juta per tahun untuk melanjutkan studi ke luar negeri.

Tak berhenti di situ, Bayan Resources juga berencana membangun SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) swasta di Kutai Timur.

Langkah ini diharapkan bisa memberikan keterampilan khusus bagi generasi muda lokal agar lebih siap menghadapi sejumlah tantangan di dunia kerja.

Meski begitu, kritik terhadap perusahaan ini tak sepenuhnya mereda. Banyak pihak berharap bantuan lebih fokus kepada daerah di lokasi operasional perusahaan, agar lebih proporsional.

Menanggapi kritik tersebut, Syahbudin menyatakan bahwa pihak perusahaan akan meningkatkan komunikasi dengan pemerintah daerah dan institusi pendidikan di Kaltim. ***