

inNalar.com – Terdapat megaproyek di Kalimantan Barat (Kalbar) yang sebelumnya telah dikeluarkan dari proyek strategis nasional.
Proyek tersebut adalah pembangunan smelter bauksit yang akan menghasilkan alumina, berada di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
Adapun alasan dari dikeluarkannya proyek pabrik pengolahan mineral ini yaitu dikarenakan adanya perselisihan dengan perusahaan asal China.
Baca Juga: Inter Milan All-In Demi Sukseskan Kedatangan Tajon Buchanan di Bursa Transfer Januari
Baca Juga: 3 Prioritas Utama Inter Milan di Bursa Transfer Musim Dingin, Bomber Timnas Iran Jadi Incaran
Sebenarnya proyek pembangunan pabrik di Kalbar ini sudah dibangun sejak 2019, dan akan rampung pada tahun 2023.
Akan tetapi, ternyata terdapat perselisihan para pemegang konsorsium EPC, yaitu China Aluminium International Engineering Corporation Ltd. (Chalieco) dari China dengan PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP).
Karena perselisihan tersebut, membuat proyek ini sampai ditinggalkan selama 16 bulan.
Bahkan karena pengerjaan pabrik mineral ini ditinggalkan, membuat pemerintah mengeluarkan proyek ini dari PSN berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No 9 Tahun 2022 pada Juli 2022.
Meski begitu, setelah mangkrak selama 16 bulan lamanya, akhirnya perusahaan MIND ID melalui anak perusahaannya, PT INALUM dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), mulai menggarap pabrik pengolahan mineral ini.
Sementara itu, pada 11 September 2023 progres penggarapan tempat pengolahan mineral ini telah mencapai 58%.
Dilansir InNalar.com dari mind.id, Walaupun saat tempat pengolahan mineral bauksit ini dilanjutkan, sebenarnya statusnya masih tidak masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional.
Akhirnya setelah megaproyek ini tetap digarap oleh Mind ID dengan harapan dapat masuk ke PSN, keinginan mereka dapat terkabul.
Pasalnya PT Inalum telah menegaskan jika proyek mereka bersama PT ANTM yang adalah Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Kalimantan Barat kembali dimasukan ke dalam proyek strategis nasional.
Karena dengan dimasukannya ke PSN, maka tempat pengolahan mineral ini akan menjadi prioritas lebih untuk cepat dirampungkan.
Ditambah lagi sebenarnya diharapkan penggarapan dari smelter Bauksit ini juga memiliki target telah rampung 80% selesai di akhir tahun 2023.
Sekedar informasi, pembangunan smelter bauksit di Mempawah ini pada dasarnya terbagi menjadi 2 fase.
Baca Juga: Investasi Rp524 Triliun, Megaproyek IKN di Kalimantan Timur Telah Capai Tahap 2, Progresnya…
Baca Juga: BRI Sabet 6 Penghargaan Dealer Utama dari Kemenkeu setelah Sukses Jadi Market Maker Penjualan SBN
Bagi yang merasa asing, dengan mengolah bauksit ini, maka nantinya mineral tersebut dapat berubah menjadi alumina atau alumunium yang biasa orang-orang gunakan di kehdiupan sehari-hari.
Menghabiskan investasi sebanyak USD1,7 miliar, pabrik pengolahan Bauksit ini di fase I akan memiliki kapasitas produksi alumina perseroan sebanyak 1 juta ton setiap per tahun.
Bahkan hasilan 1 juta ton alumunium per tahun itu menggunakan bahan baku bauksit mencapai 3,3 juta ton per tahun.
Sementara di fase II, kapasitas produksi tempat pengolahan mineral itu dapat naik mencapai 2 juta ton alumunium per tahun.
Namun bahan baku bauksit yang diperlukan yaitu sekitar 6,6 juta ton.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, jika akhir tahun ini telah mencapai target penyelesaian 80%, maka pada semester I tahun 2024 ditargetkan telah bisa masuk ke commissioning.
Sebagai tambahan, saat pembangunan megaproyek di Kalimantan Barat ini mangkrak selama 16 bulan, sebenarnya potensi kerugian yang ditimbulkannya cukuplah besar.
Karena perusahaan pengurus tempat pengolahan mineral ini telah menghitung jika dalam satu bulan potensi kerugiannya yaitu sebesar USD 28 juta atau setara Rp419,16 miliar.
Sebab itulah saat dikalikan 16 bulan, maka potensi kerugian dari molornya pembangunan smelter bauksit di Kalimantan Barat ini telah mencapai USD 450 juta.
Jika dikonversikan ke mata uang Indonesia, maka jumlah tersebut ada di kisaran Rp6,37 triliun. ***