

inNalar.com – Jembatan Kaca Seruni Point diramalkan bakal menjadi magnet wisata terbaru Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Bagaimana tidak, wisatawan tidak perlu pergi jauh ke Tiongkok untuk menikmati sensasi ekstrem Jembatan Kaca dengan pemandangan kabut yang melintas di atas lembah jurang yang menantang
Sejauh ini Kementerian PUPR mengungkap bahwa pembangunan jembatan sepanjang 120 meter tahap I ini tengah diselesaikan dan target peresmiannya awal tahun 2024.
Tidak hanya soal progres fisik jembatan yang tengah diprogres pihak pembangun, tetapi juga fasilitas penunjangnya pun juga ikut dalam penyelesaian tahap pertama ini.
Fasilitas penunjang yang dimaksud di sini seperti terminal multifungsi agar calon pengunjung dapat beristirahat sejenak sebelum menuju titik destinasi utama.
Jadi ada dua hal yang sekarang tengah menjadi perhatian Kementerian PUPR dalam progres penyelesaiannya selain fisik jembatan.
Pertama, pembangunan Terminal Wisata Seruni Point dan upaya perbaikan pemukiman Cemorolawang yang berada di sekitar lokasi proyek.
Adapun mengenai progres fisik jembatan Jembatan Kaca Seruni Point sendiri sudah hampir rampung 100 persen.
Belum lama ini, Kepala Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS) Fahmi Aldiamar mengabarkan bahwa infrastruktur ini telah lulus uji beban atau loading test.
Paparnya, jembatan ini diklaim aman untuk memikul beban seberat 8,4 ton atau setara dengan memuat 100 orang sekaligus.
Kendati demikian, pihaknya disebut masih mempertimbangkan ulang sisi keamanan dan kenyamanan pengunjung jika nantinya jembatan sudah mulai bisa didatangi para wisatawan.
Pantas saja nilai pembangunannya menembus hingga Rp15,7 miliar, menurut data LPSE. Rupanya ada yang beda dari metode teknologi yang digunakan dalam membangun jembatan ini.
Baca Juga: AC Milan Siap Rebutan Gaet Bek Murah Meriah dari Liga Prancis di Bursa Transfer 2024
Kepala BGTS Fahmi Aldiamar membeberkan bahwa Jembatan Kaca Seruni Point ini dibangun dengan menggunakan metode teknologi suspended.
Teknologi ini digunakan untuk memastikan kekokohan jembatan yang kuncinya berasal dari struktur kabel utamanya.
Apabila biasanya struktur kabel berada di atasnya, agak berbeda dengan dengan jembatan yang satu ini.
Bedanya adalah struktur kabel utama diposisikan di bagian bawah lantainya. Hal ini dimaksudkan agar kabelnya lebih kaku dan kokoh.
Ada beberapa alasan khusus mengapa metode suspention ini dipilih pihak pembangun, di antaranya adalah sebagai berikut.
Alasan pertama adalah karena posisi ceruk di bawah jembatan yang cukup ekstrem hingga kedalaman 80 meter.
Alasan selanjutnya, temperatur lokasi jembatan cenderung dingin sehingga tentunya pertukaran udara dan aliran angin akan lebih tinggi dibanding tempat lainnya.
Adapun bahan kaca yang digunakan adalah tipe tempered glass sebanyak dua lapis, yang setiap bagiannya direatkan pada material Sentry Glass Plus (SGP).
Sehingga kaca pun tidak akan mudah hancur berkat tertahan material SGP ini. Canggihnya lagi, ada sensor di bagian bawah jembatan.
Pemasangan sensor ini dilakukan untuk memberi sinyal lampu tanda peringatan berwarna merah apabila ada beban berlebih muatannya.
“Dipasang sensor dibagian bawah jembatan untuk memberikan sinyal lampu merah sebagai peringatan jika terjadi instrumen pergerakan yang terjadi dan beban berat yang berlebih pada jembatan,” sebagaimana dikutip inNalar.com dari Binamarga PUPR.***