Google Translate Ketambahan 110 Bahasa Baru, Penutur Daerah di Pucuk Pulau Sumatra Ini Patut Bangga!

inNalar.com – Google Translate lama ini menambahkan 110 bahasa baru ke dalam layanan penerjemahannya.

Menariknya, dari sekian banyak bahasa baru yang ditambahkan ke dalam layanan Google Translate, salah satu di antaranya adalah bahasa daerah dari ujung Pulau Sumatra lho.

Apakah kamu bisa menebak daerah manakah yang berada di pucuk Pulau Sumatra itu? Jadi pada akhir Juni 2024, Google Translate menambahkan bahasa daerah Aceh.

Baca Juga: Berharta Unlimited, Simbol Kekayaan Sultan Miliarder Dubai Bukan Emas, Malah Hal Menyeramkan Ini

Perkembangan update variasi bahasa yang terbilang sangat luar biasa. Pasalnya pada tahun 2022 sendiri, pihak Google hanya memiliki 24 bahasa.

Bahkan dahulu pada mula mengembangkan fitur layanan penerjamahan ini, pengembangan bahasa tersebut masih bersifat Zero-Shot Machine Translation atau tanpa pelatihan.

“Berkat model bahasa besar PaLM 2 kami, kami meluncurkan 110 bahasa baru ke Google Terjemahan, ekspansi terbesar kami sejauh ini”, dikutip inNalar.com dari Blog Google.

Baca Juga: Segini Biaya Asrama di Sekolah Internasional Terindah Swiss, Keindahannya Paling Memukau!

Tahukah bahwa Google Translate melalui proses pemilihan bahasa baru ini dengan menyertakan banyak pertimbangan.

Bahasa baru yang ditambahkan, termasuk bahasa daerah Aceh, disebut menjadi perwakilan dari 614 jura penutur lebih.

Artinya, dengan semakin banyaknya bahasa terbaru dalam proses pengembangan layanan penerjemahan ini, akan semakin terbuka juga kemudahan para penutur berbeda bahasa dari 8% populasi dunia yang bisa berkomunikasi satu sama lain.

Baca Juga: SD atau MI Dapat Rp380.000 per Bulan, SELAMAT NIK KTP Kamu Terdaftar Penerima KJP Plus Bulan Juli 2024

Sebagai informasi, rupanya Google tidak hanya menambahkan bahasa daerah Aceh lho.

Terdapat bahasa daerah lainnya di Indonesia yang termasuk di antara 110 daftar baru layanan penerjemahannya.

Selain Aceh, ada pula bahasa daerah lainnya seperti bahasa Bali dan Betawi.

Baca Juga: SELAMAT, NIK KTP Anda Berstatus Sebagai Penerima KJP Rp690.000: Begini Cara Mengeceknya

Bahkan, tidak ketinggalan pula bahasa Madura, Makassar, hingga Minang.

Kendati kita berbangga dengan keikutsertaan bahasa Aceh dalam fitur layanan Google Translate, kita tidak dapat menutup mata dengan fenomena kebahasaan di daerah yang satu ini.

Apabila kita berfokus pada penggunaan bahasa daerah Aceh di daerahnya sendiri, melansir dari Badan Bahasa Kemdikbud, ternyata tetap ada kekhawatiran bahwa bahasa ini berpotensi semakin berkurang penuturnya.

Baca Juga: Modal Belajar Rp1,1 M! Sekolah Internasional Paling Bergengsi Eropa Ini Berdiri Megah di ‘the City of Music’

Hal ini terjadi sebab arus budaya nginggris yang terus merebak tanpa adanya kesadaran yang kuat untuk tetap membudayakan bahasa daerahnya.

Jika kita berkaca pada data rilisan BPS 2020, tampak penutur Aceh dari kalangan Pos Gen Z, persentasenya sebesar 64,36%.

Sementara untuk Gen Z sebesar 74,77% dan Gen Millenial sendiri persentasenya 79,76%.

Baca Juga: SEGERA KLAIM Saldo Dana Rp400.000 Bantuan Langsung Tunai dari Pemerintah Hari Ini, Cukup Pakai KTP dan KK

Kabar gembira sekaligus kabar mengkhawatirkan mengenai bahasa daerah Aceh ini bisa menjadi renungan kita bersama.

Bagi generasi orang tua yang telah dikaruniai anak, bisa banget untuk melatih anak mengembangkan kemampuan bilingualisme mereka dengan mengenalkannya dengan bahasa daerah dan bahasa internasional.

Jadi kita tidak lagi hanya berpikir untuk mempelajari bahasa yang dituturkan di luar negeri saja.

Baca Juga: SELAMAT NIK KTP dan KK Anda Bisa Klaim Saldo Dana Gratis Senilai Rp3.000.000 dari Bansos PKH Juli 2024

Bahasa kampung halaman kita pun perlu dikenalkan sejak dini kepada generasi selanjutnya agar eksistensi daerah kelahiran tetap bertahan dengan gerusan modernisasi yang terus mengglobal.

“Think Locally, Act Globaly” atau berpikir secara lokal, bertindak secara global dapat menjadi pengingat kita bersama untuk mempertahankan tuturan bahasa daerah kita.

Para pemangku kebijakan pun perlu terus menyoroti eksistensi dan kerentanan penggunaan bahasa daerahnya.

Dengan penyelenggaraan revitalisasi bahasa Aceh dan Gayo pada tahun 2024, diharapkan kerentanan punahnya bahasa Aceh dapat teratasi di masa yang akan datang.***

Rekomendasi