

inNalar.com – Cirebon merupakan wilayah yang berada di Jawa Barat tepatnya di bagian pesisir utara pulau Jawa.
Cirebon sendiri menjadi daerah yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya pada lintas utara dan tengah Jawa.
Kota Cirebon terkenal sebagai daerah dengan masyarakat yang majemuk, bahkan pernah dikatakan sebagai “Kota Sejuta Etnis”.
Hal itu karena sebagian besar penduduk Cirebon adalah orang Cirebon (jawa Cirebonan), suku Jawa, suku sunda dengan jumlah yang signifikan.
Bahkan penduduk dari keturunan Tionghoa juga terdapat di daerah ini diikuti dengan suku yang lainnya.
Karena itu Kota Cirebon menjadi titik pertemuan budaya yang menarik gabungan unsur budaya dari Jawa, Sunda, Tiongkok bahkan Arab.
Kota Cirebon sendiri pada dasarnya memang terkenal sebagai kota yang berada di jalur pantai utara (Pantura) dengan kebudayaan perpaduan antara Jawa dan Sunda.
Percampuran budayanya sendiri tampak dari arsitektur bangunan yang menjadi wisata sejarah kerajaan Islam.
Selain dikenal dengan ragam etnisnya, Cirebon juga memiliki peranan penting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa Barat.
Sebelumnya, Cirebon sendiri merupakan daerah hutan belantara dekat dengan Laut Jawa.
Bermula pada tahun 1445, saat itu Sunan Gunung Djati atau Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Cirebon.
Sunan Gunung Djati sendiri merupakan salah satu Wali Songo atau tokoh-tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa.
Julukan “Kota Wali” sendiri sebagai gambaran peran Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam di Bawah pimpinan Sunan Gunung Djati.
Sunan Gunung Djati atau Syekh Syarif Hidayatullah sendiri merupakan pendakwah agama Islam di Jawa Barat yang juga pendakwah kerajaan Pajajaran, Galuh, hingga Banten.
Syarif Hidayatullah sendiri sempat menjadi Raja Cirebon menggantikan posisi kakak ibunya yakni Raden Walangsungsang.
Sebagai Raja Cirebon, Syarif Hidayatullah diberi gelar Maulana Jati atau biasa disebut Sunan Gunung Djati.
Salah satu bukti sejarahnya yang masih terawat sampai saat ini adalah Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang dibangun pada tahun 1498.
Bagi masyarakat yang berwisata, selain beribadah di masjid, wisatawan juga bisa berziarah ke makam Sunan Gunung Djati.
Makamnya sendiri memiliki keunikan karena di dalam kompleknya terdapat 9 pintu yang berarti 9 wali songo.
Masing-masing pintunya sendiri memiliki nama seperti Pintu Gapura, Pintu Krapyak, Pintu Pasujuda,=n, Pintu Ratnakomala, Pintu Jinem, Pintu Raraog, Pintu Kaca, Pintu Teratai, dan Pintu Bacem.
Makam Sunan Gunung Djati sendiri sampai saat ini masih menjadi destinasi wisata religi di Cirebon yang ramai pengunjung.***