

inNalar.com – Predikat sebagai wilayah termiskin di Papua melekat pada Kabupaten Intan Jaya. Saat ini Kepemimpinannya dijalankan oleh sesorang dengan kekayaan yang jauh dari kata berlimpah.
Namanya Aner Maisini, yang kini menjabat sebagai Bupati Intan Jaya, tercatat dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) per 2 Agustus 2024 dengan total harta Rp 211 juta.
Laporan tersebut disampaikan saat dirinya masih berstatus Calon Anggota DPRD dari Partai Amanat Nasional (PAN). Meski demikian, data ini menjadi rujukan publik tentang profil kekayaannya.
Yang mengejutkan, tidak ada satu pun kendaraan pribadi yang dilaporkan. Kolom alat transportasi dan mesin benar-benar kosong.
Artinya, Aner Maisini menjalani peran kepemimpinan tanpa mobil maupun motor pribadi, sebuah kondisi yang jarang terlihat di kalangan pejabat daerah.
Dari total harta yang dilaporkan, Rp 200 juta berupa tanah dan bangunan di Intan Jaya.
Baca Juga: Kekayaan di Bawah Rp3 M, Ngatiyana Masuk Daftar Kepala Daerah Termiskin Versi LHKPN
Adapun sisa hartanya terdiri dari harta bergerak lain Rp 6 juta dan kas Rp 5 juta. Tidak ada surat berharga, usaha lain, atau harta tambahan lain yang tercatat.
Profil kekayaan Bupati Intan Jaya ini jelas berbeda dengan banyak kepala daerah yang kerap dikaitkan dengan rumah mewah dan kendaraan berharga.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa per November 2024, 41,42% penduduk Intan Jaya hidup miskin.
Baca Juga: Terungkap! Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Masuk Daftar Kepala Daerah Terkaya dengan Harta Rp12 Miliar
Dengan jumlah penduduk sekitar 137 ribu jiwa, berarti lebih dari 56 ribu orang masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar.
Minimnya infrastruktur, terbatasnya layanan kesehatan, dan kondisi keamanan yang belum stabil memperburuk situasi.
Di tengah realitas tersebut, kesederhanaan Aner Maisini bisa dipandang sebagai simbol harapan.
Hal ini juga memicu rasa penasaran, benarkah data LHKPN ini menjadi cerminan gaya hidup yang benar-benar sederhana, ataukah sekadar memenuhi kewajiban formalitas saja?
Meski begitu, transparansi yang ditunjukkan melalui laporan ini patut diapresiasi. Seluruh aset yang dilaporkan tercatat sebagai hasil sendiri, bukan hibah, warisan, atau hadiah.
Namun apresiasi ini tidak mengurangi harapan masyarakat Intan Jaya. Mereka menunggu langkah nyata yang bisa membawa perubahan bagi daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Papua Tengah.
Hingga kini, Aner Maisini belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenai isi laporan kekayaannya.
Meski demikian, catatan ini sudah cukup menjadikannya sorotan nasional: seorang bupati tanpa kendaraan pribadi, memimpin wilayah termiskin di Papua.
Sebuah ironi sekaligus cermin bahwa kepemimpinan tak selalu identik dengan kekayaan.
Kini, tantangan terbesar bagi Aner Maisini adalah membuktikan bahwa kesederhanaan ini bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan semangat nyata untuk memperbaiki nasib warganya di Intan Jaya.***(Ahmad Nuryogi Ardiansyah)