

inNalar.com – Fenomena kemunculan tanda-tanda kehidupan perkotaan kuno secara tidak terduga bermunculan di hamparan alam Wonogiri, Jawa Tengah.
Sejumlah infrastruktur kota yang tadinya tenggelam dan terendam di air Waduk bersejarahnya Wonogiri semakin mengemuka.
Sederetan tanda-tanda kehidupan kota kian tersingkap. Penyebabnya diketahui karena waduk yang berusia 100 tahun itu semakin mengering.
Baca Juga: Bentang Alamnya Bagai Lukisan! Suasana Dusun Terindah di Jawa Tengah Bikin Hati Makin Adem
Mengeringnya air bendungan bernama Gadjah Mungkur ini seiring dengan kering kerontangnya air sungai Bengawan Solo.
Kondisinya cukup bikin miris, karena proses pembangunan infrastruktur kelola air yang satu ini melewati proses yang panjang.
Awal pembangunannya saja sudah digagas sejak sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1941 tatkala Ir. R.M. Sarsito Mangunkusumo menjabat sebagai Kementerian PU Mangkunegaran di Surakarta.
Baca Juga: Desa Elit Penuh Istana! Siapa Sangka, Mayoritas Warganya Penjual Bakso dan Mie Ayam di Wonogiri
Lalu bantuan dana dari Jepang pun mengucur hingga pembangunan Waduk Gadjah Mungkur Wonogiri dapat direalisasikan dengan serapan dana mencapai Rp69,5 miliar.
Seiring fenomena mengeringnya waduk bersejarah ini, saat ini pun masyarakat di Jawa Tengah bahkan dapat menyaksikannya sendiri jejak kehidupan kota yang tenggelam itu.
Sisa-sisa kehidupan kota dari 41.369 warga yang dahulu tersebar di 51 kampung kembali bermnuculan sejak air bendungan raksasa Wonogiri kian kering kerontang.
Baca Juga: Ternyata di Pelosok Jawa Timur Ini Masih Menyisakan Keturunan Majapahit, Ini Faktanya
Dikarenakan desa mereka yang terletak di dekat pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Keduang, warga pun berakhir menjadi transmigran ke Pulau Sumatra.
“Proyek yang dibangun pada kurun 1976-1980 itu menenggelamkan 51 desa di tujuh kecamatan. Saat itu, sebagian besar dari 41.000 warga yang tinggal di 45 desa terdampak pembangunan waduk dipindahkah ke Sumatra,” dikutip dari Portal Informasi Indonesia.
Terinformasikan pula khusus makam memang kala itu tidak dipindah alias masih berada di wilayah yang sempat menjadi genangan air seluas 8.800 hektare.
Baca Juga: Mengaku Keturunan Majapahit, Warga Desa di Jombang, Jawa Timur Tak Bicara dengan Bahasa Jawa
Lantas, tanda-tanda kehidupan kota kuno di Wonogiri ini apa saja yang tersingkap dan dapat kita saksikan langsung jika berkunjung ke bendungan raksasa legendarisnya Jawa Tengah ini?
Sungguh fenomena menakjubkan, sebuah kanal YouTube Jalan Amrita berhasil mendokumentasikan perbandingan wilayah waduk pada saat sebelum dan setelah air genangan mengering.
Apabila sebelumnya di wilayah pinggiran genangan masih tampak berjejer perahu masyarakat terpakir rapi.
Uniknya, setelah air mengering beberapa bulan kemudian jalan utama yang dahulu digunakan penduduk zaman dahulu berlalu-lalang dari Kecamatan Wuryantoro menuju Pracimantoro terlihat jelas.
Bahkan kini kembali digunakan bagi para pengendara yang hendak melintasi kedua kecamatan tersebut, meski jalanannya masih tampak berbatu kuno tak beraspal.
Selain itu, ketika kita mengeksplorasinya lebih jauh menuju genangan waduknya akan terlihat pula dalam jarak beberapa meter terdapat sumur tua.
Baca Juga: Menelusuri Sejarah Unik dan Kuno Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Muaro Jambi
Sumur kuno tersebut terbuat dari susunan batu yang masih menyisakan sumber air di dalamnya.
Tidak hanya itu, kita juga akan dikejutkan dengan temuan sejumlah makam kuno yang memang sesuai kesepakatannya saat pembangunan waduk tidak dipindahkan.
Kendati demikian, kemarau berkepanjangan yang sempat menghantui hamparan alam Jawa Tengah tidak menyurutkan Pemerintah RI untuk tetap mengoptimalkan potensi Waduk Gadjah Mungkur.
Dengan dana APBN Rp22,8 miliar, Direktur Jenderal Cipta Karya Diana Kusumastuti mengungkap bahwa kawasan bendungan akan dipugar menjadi kota wisata yang menyajikan pemandangan danau alam terindah Wonogiri.***