

inNalar.com – Ramadhan 2022/1443 akan segera hadir, dan menjelang hari kedatangannya pasti akan ada penetapan.
Penentuan awal Ramadhan 2022/1443 H dimaksudnya untuk memastikan ketepatan bahwa waktu sudah memasuki bulan baru.
Hal yang sering menjadi masalah di kalangan masyarakat Indonesia setiap kali menjelang Ramadhan adalah soal perbedaan penentuan.
Baca Juga: 8 Penerimaan Mahasiswa Jalur Rapor yang Sedang Dibuka Mulai Bulan Februari, Catat Jadwalnya
Ustadz Adi Hidayat atau yang sering disapa UAH menjelaskan hal ini di hadapan jamaah yang hadir.
Menurut UAH, ketika bulan masuk bulan baru 0,1 derajat maka kemungkinan rukyatul hilalnya akan sulit.
Sedangkan bagi yang menggunakan metode hisab, terkadang tidak mau tahu dan baginya sudah masuk hari dan bulan baru.
Baca Juga: Meninggal Hari Ini, Ternyata Ini Asal Muasal dari Nama Artis Senior Dorce Gamalama
“Di atas 0, ini kalau masih 1 pengamatan agak sulit,” jelas UAH seperti dikutip inNalar.com dari video yang diunggah di kanal YouTube Qultum TV pada 11 April 2021.
Apalagi jika cuaca pada hari pengamatan tidak baik, langit tertutup mendung atau awan sehingga lebih susah lagi.
Berbeda dengan metode hisab yang lebih mudah, karena caranya hanya cukup dengan menghitung saja.
Baca Juga: Breaking News, Pratama Arhan Resmi Gabung Klub Jepang Tokyo Verdy, Simak Kabar Selengkapnya
“Bagi yang hisab, yang penting secara hitungan dia sudah lewat dari 0, ini yang seringkali menyebabkan perbedaan,” ujar UAH lagi.
Ternyata inilah sumber perkara perbedaan yang biasanya terjadi, soal perbedaan penentuan awal bulan Ramadhan 2022/1443 H.
UAH lalu menganalogikannya pada jam yang digunakan sehari-hari, ketika pergantian hari tepat di tengah malam.
Baca Juga: Dorce Gamalama Meninggal Dunia, Ketua Satgas Covid-19 ,’Turut Beduka Sedalam-dalamnya’
Jam 00.00 misalnya, ketika detiknya berjalan sulit diketahui, tetapi saat sudah terakumulasi di menit baru tampak.
Tetapi bagi yang menggunakan jam digital dan tersedia detiknya, maka akan terlihat bahwa detik di hari dan bulan baru berjalan.
Bersyukur ada titik temu yang disepakati di Indonesia yaitu minimum hilal terlihat yaitu 2 derajat.***