

inNalar.com – Selain kaya akan sumber daya alam, Kalimantan Utara ternyata menyimpan sejarah yang tidak kalah unik.
Pasalnya, provinsi yang baru berdiri 10 tahun ini pernah didiami oleh dua kerajaan besar yang di zaman lalu terkenal dengan kemajuan Kalimantan Utara, Akan tetapi namanya saat hampir terlupakan.
Diketahui, dua kerajaan yang pernah berkuasa di Kalimantan Utara adalah Kerajaan Tidung dan Kesultanan Bulungan.
Sehingga, tidak heran bila Kalimantan Utara memisahkan diri untuk menjadi provinsi baru karena sebagian besar wilayahnya adalah bekas kekuasaan dua kerajaan tersebut.
Namun, siapa sangka bahwa desa yang pernah menjadi pusat kekuasaan Kerajaan Tidung dan Kesultanan Bulungan di Kalimantan Utara ternyata masih ada hingga sekarang.
Dilansir inNalar.com dari berbagai sumber, desa di Kalimantan Utara yang menjadi pusat pemerintahan dua kerajaan tersebut adalah Salimbatu.
Salimbatu berlokasi di Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.
Memiliki luas wilayah 52.593 hektar, Salimbatu nyatanya menjadi desa tertua di Kalimantan Utara di mana usianya sudah menginjak 288 tahun per 2022.
Wilayah ini dikenal sebagai salah satu tempat pemerintahan Kerajaan Tidung selain di Tarakan dan tetap melestarikan budaya Suku Tidung.
Selain itu, Salimbatu juga menyimpan sejarah dari Kesultanan Bulungan, yaitu makam keluarga Datu Adil, keluarga terakhir dari kerajaan tersebut.
Selain menyimpan sejarah kerajaan, desa yang berada di Kalimantan Utara ini rupanya juga memiliki asal usul penamaannya yang unik.
Diketahui, dulunya warga Salimbatu tidak berkeyakinan dan didatangi oleh seorang Syekh yang tidak diketahui asal usulnya.
Syekh yang datang ke desa di Kalimantan Utara ini pun mengucapkan salam ‘Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh’, namun tidak ada yang menjawab.
Ajaibnya, justru bebatuan di Salimbatu lah yang menjawab salam dari Syekh tersebut, sehingga desa ini dinamakan ‘Salambatu’.
Namun, karena mereka berbicara dengan dialek Melayu, maka pelafalannya berubah menjadi ‘Salimbatu’.
Desa yang berusia dua abad di Kalimantan Utara ini juga dulunya berawal dari pertanian, hingga kini dikenal dengan kekayaan seni dan budayanya.***