

inNalar.com – Perusahaan Unilever baru-baru ini mengalami beberapa guncangan sejak konflik di Gaza nampak belum kunjung membaik.
Usai perusahaan tersebut diketahui telah menyatakan komitmen penuhnya untuk tetap melakukan bisnis di Israel pada 22 Juli 2021, warga net ramai menyerukan boikot produk Unilever sebagai dukungan penuh terhadap Gaza di Palestina.
Meski Unilever dikenal sebagai perusahaan raksasa dengan produknya yang merajai sejumlah pasar di dunia, nampaknya aksi solidaritas Gaza ini telah menyebabkan sejumlah problema mulai dari CEO cabang Indonesia yang mengundurkan diri, hingga catatan saham anjlok pada periode 2023.
Baca Juga: Bocoran Debat Capres-Cawapres RI Bakal Digelar 5 Kali Jelang Pilpres 2024, Kapan Saja?
Aksi solidaritas warga Indonesia untuk Palestina terus diserukan melalui media sosial dengan menyertakan sejumlah gambar produk perusahaan ternama ini.
Sontak, aksi pemboikotan produk pendukung Israel di Indonesia ini nampak masih terlihat tegar sampai akhirnya tersiar kabar pengunduran diri CEO Unilever Indonesia, Ira Noviarti pada Selasa, 24 Oktober 2023.
Pengunduran diri Ira Noviarti ini disebut tidak akan berdampak signifikan pada keberlangsungan usaha dari perusahaannya dan tidak akan ada dampak tersendiri bagi situasi keuangan.
Namun nyatanya tidak demikian apabila dilihat dari perkembangan saham Unilever pada kuartal I 2023 yang nampak anjlok.
Hal ini terlihat dari adanya perkembangan Januari sampai dengan Maret 2022 yang berhasil mencapai Rp2,02 triliun.
Namun nyatanya pada tahun selanjutnya saham terjun 30 persen ke Rp1,4 triliun. Artinya, terlihat sebanyak 30,47 persen level pencapaiannya jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Adapun saham PT Unilever Indonesia Tbk nampak berada berada di tren kian menurun di zona merah, setidaknya hingga Jumat, 3 November 2023.
Berdasarkan pantauan melalui Google Finance, sejak satu hari terakhir terlihat update saham Unilever yang terlihat sangat terguncang imbas seruan solidaritas Gaza beberapa hari belakangan.
Harga saham perusahaan mendunia ini nampak menunjukkan adanya penurunan sebesar alias anjlok -49,50 pence.
Uniknya kompetitor Unilever, yakni Wings Group kini menjadi produk sasaran masyarakat Indonesia pasca aksi solidaritas terhadap Gaza, Palestina.
Alasan utama Wings Group kini ‘sumringah’ ketimbang perusahaan raksasa tersebut ialah karena variasi produk yang tidak jauh berbeda dengan harga yang lebih murah.
Diketahui melemahnya saham Unilever dan turunnya laba hingga 9,32 persen, yakni Rp4,18 triliun, setidaknya sampai per September 2023 ini disebabkan adanya penurunan hasil penjualan.
Namun analis Mirae Asset Sekuritas, Roger, menjelaskan bahwa penurunan kinerja ini disebabkan karena terjadinya pelemahan rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat yang secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa kejadian ini disebabkan karena ketidakpastian global yang memang sedang berada pada masa yang kurang kondusif.***