Unik! Semua Penduduk Desa di Kabupaten Buleleng, Bali Ini Berkomunikasi Tanpa Menggunakan Suara

inNalar.com – Berjarak sekitar 85,3 kilometer dari pusat Kota Denpasar, kita akan dibuat terpana dengan keberadaan sebuah desa terunik di Bali.

Ya, desa ini layak dinobatkan sebagai kampung terunik di Bali sebab karakteristik penduduknya amat khas dibanding daerah pemukiman lainnya di Indonesia.

Penduduk di wilayah itu memiliki kebiasaan berkomunikasi dengan cara yang paling beda, apakah Anda mulai bisa menebak bagaimana para warganya saling berinteraksi?

Baca Juga: BRI Property Expo Goes to Sinarmas Land: Miliki Hunian Idaman dengan Penawaran Menarik

Sebagian besar penduduk setempat tidak berkomunikasi dengan cara yang biasa sebagaimana kebanyakan orang.

Dapat dikatakan, kebanyakan warganya mengandalkan gestur tubuh alias bahasa isyarat untuk berbicara satu sama lain.

Gaya berkomunikasi unik para penduduk kampung terunik di Kabupaten Buleleng ini tidaklah muncul tanpa sebab.

Baca Juga: Resmi Disahkan MenPAN RB Rini Widyantini, Honorer Gagal Tes PPPK 2024 Masih Diberi Kesempatan Emas Ini

Dari total penduduk yang berjumlahkan 2.937 ribu jiwa ini, sekitar 42 warganya terlahir bisu dan tuli.

Inilah mengapa desa di pelosok Pulau Dewata ini disebut pula sebagai kampung Kolok, yang dalam bahasa Bali artinya adalah bisu dan tuli.

Mengutip data dari hasil dokumentasi Universitas Kristen Indonesia melalui YouTube Watchdoc Documentary, sebanyak 42 warga kampungnya terlahir dalam kondisi tuli.

Baca Juga: Tes Psikologi: Apa yang Anda Lihat di Pantai? Bayangkan dan Telusuri Kepribadian Terdalam Anda

Perlu diketahui, angka tersebut masuk kategori tertinggi di Bali. Pasalnya, rerata kelahiran tuli bawaan di suatu daerah dengan total penduduk tersebut biasanya hanya sebatas 4 atau 5 orang saja yang terlahir bisu atau tuli.

Meski dikenal sebagai desa dengan tingkat bisu dan tuli tertinggi di Bali, cobalah untuk berkunjung ke kampung terunik Bali yang berada di ketinggian 130 mdpl ini.

Kita akan dibuat terpesona dengan suasana desa yang cukup sunyi tetapi menenangkan sebab para warganya sangat ramah dan murah senyum.

Ornamen pemukiman khas kearifan Pulau Dewata sangat terasa di sebelah kanan dan kiri jalanan beraspal desanya.

Siapa sangka, disabilitas tidak membuat para penduduk Desa Kolok hidup dalam keterbatasan.

Para warga difabel yang terdiri dari tuna rungu dan tuna wicara di kampung pelosok Buleleng ini menekuni kerajinan kain tenun.

Inilah Desa Bengkala, kampung terunik di Bali. Kerajinan kain tenun sudah menjadi andalan pengembangan ekonomi daerah sejak tahun 2015 silam.

Para penduduk difabel pun berkontribusi dalam pembangunan ekonomi di desa tersebut.

Bahkan selain menekuni industri kreatif kain tenun, ada pula yang bertani dan berkebun, serta bertukang.

Bagi warga dari kalangan wanita biasanya menekuni kerajinan tenun, dupa, dan inke.

“Usaha kain tenun ini rata-rata berproduksi 30-40 lembar kain perbulan dengan harga Rp 300 ribu – Rp 400 ribu,” dikutip dari PPID Kabupaten Buleleng.

Menariknya, upah setiap lembaran kainnya mencapai Rp100 ribu. Rata-rata waktu penyelesaiannya sekitar 2 hingga 3 hari.

Besaran upah tergantung dari corak motif dan tingkat kesulitan garapannya.***

Rekomendasi