

inNalar.com – Terdapat kisah unik di Pulau Miangas, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Para penduduknya diketahui rajin belanja ke luar negeri tanpa menggunakan uang.
Pulau kecil yang berbatasan langsung dengan Filipina ini menawarkan kisah menarik tentang kehidupan masyarakatnya yang berbeda dari kebanyakan wilayah lain di Indonesia.
Pulau Miangas terletak di ujung utara Indonesia, dengan luas sekitar 3,39 km2.
Baca Juga: Aisar Khaled Akui Ingin Dekati Fuji, Gelagat Fadly Faisal Seolah Buka Jalan Perjodohan Keduanya
Wilayah di Sulawesi Utara ini sempat diperebutkan oleh Amerika Serikat dan Belanda sebelum akhirnya resmi menjadi bagian dari Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, Pulau Miangas dihuni oleh sekitar 820 jiwa.
Kedekatan geografis dengan Filipina membuat budaya dan kehidupan masyarakatnya dipengaruhi oleh hubungan lintas negara.
Baca Juga: Ada Permukiman Unik di Bawah Kota Jakarta, Kampung Ini Dihuni 83 KK Tapi Tak Terlihat Banyak Mata
Penduduk Miangas tidak hanya fasih berbahasa Indonesia, tetapi juga Tagalog, bahasa resmi Filipina, serta bahasa daerah setempat.
Kemampuan multibahasa ini mempermudah interaksi dagang dan pernikahan campuran yang lazim terjadi di pulau terluar Provinsi Sulawesi tersebut.
Meskipun Miangas masuk dalam kategori 3T (terdepan, terluar, tertinggal) di Sulawesi Utara, aktivitas ekonominya cukup unik.
Karena distribusi logistik yang lambat, harga kebutuhan pokok di Miangas sering kali lebih mahal dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
Untuk mengatasi hal ini, banyak penduduk pulau terluar di Sulawesi Utara tersebut lebih memilih berbelanja kebutuhan pokok ke Filipina.
Yang menarik, transaksi di sana tidak menggunakan uang rupiah. Sebagai gantinya, mereka masih mengandalkan sistem barter, misalnya menukar hasil laut atau barang lain dengan kebutuhan pokok dari pedagang Filipina.
Sistem ini bertahan karena mata uang rupiah memiliki nilai terbatas di kawasan tersebut.
Penduduk Miangas juga menjaga warisan budaya dan struktur adat yang unik.
Sistem pemerintahan tradisional dipimpin oleh seorang Ratu Banua atau Mangkubumi, dengan wakilnya yang disebut Inang Wanua.
Mereka dibantu oleh 12 kepala suku yang memimpin kelompok keluarga besar.
Proses pergantian pemimpin adat bersifat fleksibel: kepala suku akan diganti jika dianggap tidak mampu menjalankan tugas atau mengundurkan diri.
Dalam pemilihan kepala desa, masyarakat lebih mengutamakan figur pemimpin yang memiliki integritas, meskipun berasal dari suku kecil.
Miangas bukan hanya pulau terpencil biasa. Kehidupan masyarakatnya yang unik, perpaduan budaya lintas negara, dan keberadaan sistem barter menjadikannya daya tarik tersendiri.
Meski menghadapi tantangan sebagai wilayah 3T, Miangas adalah bukti ketahanan dan kreativitas masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.