Unik! Pasar Tradisional di Tanah Datar, Sumatera Barat Ini Transaksinya Menggunakan Bahasa Isyarat, Kok Bisa?

inNalar.com – Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat.

Tanah Datar terkenal akan kekayaan budaya dan tradisi yang melekat pada masyarakatnya.

Terdapat berbagai tradisi dan kebudayaan yang unik di Kabupaten Tanah Datar ini.

Baca Juga: Terungkap, Soeharto Pernah Tolak Tawaran Soekarno Tapi Malah Naik Jadi Presiden: Gak Ada yang Lain?

Salah satunya terdapat pasar tradisional yang unik dan terbilang tidak biasa di Tanah Datar.

Pasar tradisional di Tanah Datar yang unik tersebut dikenal dengan nama pasar bisu.

Secara administratif, pasar bisu ini berlokasi di Desa Cibadak, Kecamatan Tanah Datar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Baca Juga: Salurkan Kredit Rp36 Triliun, Indonesia Anut Ekonomi Pasar Terkendali: Soeharto Ungkap Peningkatan Kualitas? 

Pasar Bisu ini tidak menjual sayur, buah, daging, telur, dan lain sebagainya. Melainkan, pasar ini menjual hewan-hewan ternak seperti sapi, kambing, dan sebagainya.

Bersumber dari video yang diunggah oleh akun Youtube/Yogip Syakafiq yang memperlihatkan suasana pasar bisu ini.

Biasanya, jika kita berkunjung ke pasar pasti akan disuguhi dengan suasana ramai dan bising karena banyak orang sedang bertransaksi.

Baca Juga: Homestay Bantuan BRI Peduli Tingkatkan Kapabilitas Warga Desa Kuta Lombok untuk Dorong Sektor Pariwisata

Namun, Berbeda dengan pasar Bisu di Tanah Datar ini yang terkesan senyap dan tenang.

Hal tersebut dikarenakan transaksi di pasar bisu ini menggunakan bahasa isyarat dengan menggunakan sarung.

Jadi, antara pedagang dengan pembeli bersalaman dengan tangan tertutup dengan sarung.

Pada saat bersalaman tersebut, antara pembeli dan pedagang saling memberikan kode untuk negosiasi harga.

Bisa dibilang antara pedagang dan pembeli bernegosiasi harga tetapi tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Cara bertransaksi seperti ini merupakan tradisi turun temurun sejak zaman dahulu yang masih dipertahankan hingga kini.

Tradisi semacam ini dikenal dengan sebuatan marosok yang memiliki arti meraba.***

 

 

Rekomendasi