

inNalar.com – Provinsi Riau merupakan salah satu daerah provinsi di Indonesia yang memiliki latar belakang penduduk beraneka ragam.
Sehingga menjadikan Provinsi Riau memiliki banyak bahasa daerah sebagai sarana komunikasinya sehari-hari.
Menurut data sensus 2010, terdapat sekitar 40,05% penduduk Riau yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
Baca Juga: Biayanya Rp 165 Triliun! Riau Siap Bangun Jembatan Termahal Sekaligus Terpanjang di Dunia?
Sedangkan sebagian besar dari penduduk Riau yaitu 58,68% berbicara menggunakan 5 bahasa daerah yangberbeda-beda.
Lalu sisanya sebanyak 1,27%-nya penduduk Riau diketahui berbicara menggunakan bahasa asing.
5 bahasa daerah yang sering dituturkan oleh mayoritas penduduk di Provinsi Riau adalah bahasa Melayu, Jawa, Batak, Banjar, hingga Minagkabau.
Bahasa Melayu yang dituturkan oleh masyarakat Provinsi Riau yang berada di rumpun etnis Melayu yang merupakan penduduk asli Riau.
Seperti halnya daerah Kabupaten Pelalawan, Siak, Kampar, Kuantan Singingi, Rokan Hulu, Bengkalis, Dumai, dan daerah pesisir di Riau lainnya.
Sedangkan Bahasa Jawa hanya digunakan oleh para pendatang di Riau yang berasal dari keturunan Jawa yang telah menetap sejak lama.
Adapun Bahasa Batak merupakan salah satu bahasa daerah di Riau yang dituturkan oleh warga Batak Mandailing yang ada di kabupaten Rokan Hulu.
Bahasa daerah lainnya yang banyak digunakan penduduk Riau adalah Bahasa Banjar yang biasanya dituturkan oleh warga Banjar di Kabupaten Indragiri Hilir.
Diketahui ada 4 dialek Bahasa Banjar yang tersebar di Kabupaten Indragiri Riau, diantaranya dialek Pekan Kamis, dialek Simpang Gaung, dialek Sungai Raya-Sungai Piring, dan dialek Teluk Jira.
Bahasa daerah terakhir yang digunakan oleh penduduk Riau adalah Bahasa Minangkabau, yang mana bahasa tersebut lebih dominan digunakan oleh warga Pekanbaru.
Bahasa Minang lebih dominan digunakan untuk komunikasi sehari-hari dan dijadikan bahasa pergaulan warga Pekanbaru, Riau.
Karena kebanyakan warga Pekanbaru Riau merupakan pendatang baru yang bertujuan untuk berniaga, sekolah, dan bekerja, menjadikan bahasa Minang di sana memiliki ciri khas tersendiri.
Terdapat penambahan partikel “do” diakhir kalimat dan beberapa kosakata/partikel seperti “mah”, “wak”, dan lainnya yang banyak dituturkan oleh warga Pekanbaru non-Minang.***