Ubah Nasib 269.658 Anak di NTT, Perusahaan Minyak Thailand Ini Jadi Pahlawan Stunting di Nusa Tenggara Timur

inNalar.com – Di ambang dilema krisis keamanan manusia di bidang kesehatan yang dihadapi Indonesia, Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan tambang minyak asal Thailand ini memberikan kontribusi positif, terutama bagi anak-anak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

Dalam beberapa tahun terakhir, program-program CSR perusahaan minyak yang berbasis di Bangkok, Thailand ini memang menjadi penyelamat bagi banyak anak-anak di wilayah yang jarang terjangkau ini.

Stunting atau kerdil, kondisi ini secara umum banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun yang memiliki tinggi badan kurang dari standar deviasi median yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO).

Baca Juga: UMK Kabupaten di Kalimantan Utara Ini Masih Jadi Terendah Pasca Kenaikan UMP 2025 Sebesar 6,5 Persen

Sebagaimana diketahui, berdasarkan Riskesdas tahun 2018 silam, Provinsi NTT menyandang status sebagai pemegang rekor kasus stunting tertinggi dengan persentase 42,6%.

Angka ini tidak main-main, dengan total persentase itu, sebanyak 269.658 balita atau sekitar 43% dari total 633.000 balita disana tercatat mengalami kasus ini.

Tidak hanya menyebabkan kekerdilan, efek jangka pendek dari stunting sendiri dapat menghambat perkembangan otak pada anak. Hal ini tentu merupakan permasalahan yang serius, mengingat kemampuan dan kecerdasan kognitif anak bisa saja terganggu.

Baca Juga: Keterbalikan dari Indonesia, Negara dengan Kualitas Pendidikan Terbaik se-ASEAN ini Turunkan PPN 2% di 2025

Selain efek jangka pendek, efek jangka panjang penyakit ini juga tidak kalah serius. Balita penyandang stunting juga akan mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga mudah tertular penyakit kronis seperti jantung, diabetes, kanker, dan yang lainnya.

Imbas dari penyakit ini juga menjadi permasalahan serius bagi Pemerintah Indonesia karena disinyalir akan berdampak pada hilangnya generasi emas di NTT dan tidak tercapainya bonus demografi pada 2035 mendatang.

Namun, sejak perusahaan tambang minyak asal Thailand ini aktif melakukan program CSR di wilayah NTT, banyak perubahan positif yang bisa dirasakan oleh Pemerintah dan juga masyarakat.

Baca Juga: 10 Uang Koin Kuno Indonesia Ini Jadi Buruan Koletor Kaya Raya, Harganya Bisa Tembus Rp 950 Juta

Perusahaan minyak ini adalah PTT Exploration and Production Public Company Ltd (PTTEP) asal Thailand.

Perusahaan multinasional ini tercatat memiliki kantor perwakilan yang bermarkas di Jakarta Selatan.

Sebelum lebih jauh membahas CSR PTTEP, alangkah baik jika sedikit mengulas perihal program CSR yang bisa dikatakan jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Tradisi Pengantin di Surabaya Ini Bikin Geger: Gaun Pernikahannya Bergaya Eropa dengan Sentuhan Tradisional yang Memukau

Singkatnya, CSR adalah bentuk komitmen suatu korporasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan praktik bisnis dengan memberikan kontribusi sumber daya sebagai bentuk tanggung jawab sosial.

Dari definisi diatas, program CSR yang diusung oleh PTTEP ini sangat beragam karena tidak hanya berfokus pada pemberian bantuan pangan.

Yang menarik adalah, program tersebut juga mengintervensi bidang kesehatan dan pendidikan. Ini adalah program CSR garapan PTTEP di Indonesia:

Baca Juga: Uang Kertas Seratus Rupiah Bergambar Kapal Pinisi Ini Dibanderol Rp500 Ribu per Lembarnya, Minat Jual?

Pertama, PTTEP membentuk layanan kesehatan Gerai Sehat Rorotan yang berkolaborasi dengan Dompet Dhuafa di Jakarta Utara.

Kedua, PTTEP memberikan bantuan Bea Studi Etos-PTTEP yang merupakan beasiswa pendidikan bagi mahasiswa S-1 untuk keluarga yang kurang mampu.

Ketiga, PTTEP mengembangkan Stimulasi Intervensi Optimalisasi Layanan Anak (SIOLA) untuk memastikan kebutuhan dasar anak usia 0 – 6 tahun bisa terpenuhi dengan mendirikan layanan kesehatan, pemberian konseling untuk keluarga muda, dan pemberian keuangan mikro sebesar Rp 10 juta di Sulawesi Barat.

Keempat, PTTEP melakukan kerja sama dengan Sekretaris Wakil Presiden untuk mempercepat program pencegahan stunting di Provinsi NTT. Program ini menyasar 3 Kabupaten dengan total 16 desa terpilih.

Lalu, bagaimana langkah korporasi ini untuk mengentas masalah stunting di Provinsi NTT?

PTTEP dalam ini bekerja sama dengan Pemprov NTT dan Setwapres dengan program dompet dhuafa yang mengusung tema ‘Tuntaskan Stunting, Katong Bisa’.

PTTEP juga melakukan ratifikasi MoU kemitraan selama dua tahun dengan memberikan beberapa intervensi gizi sensitif.

Contohnya seperti upaya peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi, memperbaiki kualitas pelayanan gizi, dan melakukan edukasi terhadap ibu terkait pengetahuan umum gizi anak.

Setelah intervensi gizi sensitif tersebut terealisasi, PTTEP juga akan melakukan evaluasi program itu secara berkala selama dua tahun untuk meminimalisir kegagalan program ini.

Setelah berlangsung selama dua tahun lamanya, program CSR oleh PTTEP di Provinsi NTT ini memberikan kontribusi yang positif dengan penurunan angka prevalansi stunting sebesar 5,2%.

Sebagai penutup, walaupun bisa dikategorikan berhasil, tapi pelaksanaan CSR oleh PTTEP ini belum dirasa maksimal karena keterbatasan waktu. *** (Evie Sylviana Dewi)

Rekomendasi