Tuah Surat Sakti Soeharto, Soekarno Langsung Lengser dari Jabatannya Sebagai Presiden, Namanya…

inNalar.com – Pada masa akhir kepemimpinan Soekarno, terjadi sebuah peristiwa yang menarik untuk dibahas.

Peristiwa tersebut membawa lengsernya Soekarno dari jabatannya sebagai presiden.

Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno menandatangani sebuah surat perintah yang dikenal Supersemar.

Baca Juga: Proyek Bandara Senilai Rp4 Triliun di Singkawang Kalbar Ini Baru Masuk Tahap Lintasan, Dikebut Sampai…

Surat perintah tersebut ditujukan untuk memberikan mandat kepada Letnal Jenderal Soeharto, untuk mengambil segala tindakan yang ‘dianggap perlu’ dalam mengatasi kestabilan setelah adanya G30S/PKI.

Adanya surat perintah tersebut juga menjadi penanda beralihnya masa kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru.

Selain itu, tujuan dari penerapan Supersemar juga untuk menempatkan kembali lembaga negara sesuai UUD 1945..

Baca Juga: Ganjar Pranowo dan Mahfud MD Resmi Daftarkan Diri ke KPU Guna Ikuti Pilpres 2024, Singgung Nasib Rakyat

Nah, intinya tujuan dari Supersemar yang ditandatangani Soekarno tersebut adalah agar MPRS mencabut mandatnya sebagai presiden.

Akhirnya, pada tanggal 7 Maret 1967, digelarlah Sidang Istiewa MPRS yang mengukuhkan jatuhnya Soekarno dari kursi jabatan.

Sebelumnya, pada tanggal 22 Februari, Soekarno juga telah mengumumkan kesediaannya untuk menyerahkan kekuasaan eksekutifnya kepada pengemban Supersemar, yakni Jenderal Soeharto.

Baca Juga: Perkembangan Pembangunan IKN: Kantor Presiden dan Sumbu Kebangsaan yang Semakin Cantik

Dalam Sidang Istimewa MPRS tersebut, akhirnya diputuskan bahwa MPR,DPR, dan Majelis Kehakiman kembali pada fungsinya sesuai UUD 1945 lagi.

Disebutkan dengan tegas oleh MPRS dalam Sidang Istimewa tersebut juga bahwa ketiga lembaga di atas bukanlah lagi sebagai pembantu presiden.

Hingga akhirnya, di akhir sidang MPRS meutuskan untuk mencabut kekuasaan Presiden Soekarno.

Kemudian, menetapkan Letnal Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden menggantikan Soekarno.

Ditulis oleh Wardaya, Bastara t dalam bukunya yang berjudul “MEMBONGKAR SUPERSEMAR : Dari CIA hingga kudeta merangkak melawan Bung Karno”, disebutkan bahwa rentetan tindakan selama tahun 1966 teradapat indikasi bahwa Soeharto melakukan ‘kudeta merangkak’.

‘Kudeta merangkak’ yang dilakukan oleh Soeharto ini dikerjakan secara bertahap ubtuk mengambil kekuasaan penuh dari Presiden Soekarno.

Mulai dari pembujukan, demonstrasi mahasiswa menuntut Tritura, hingga pengontrolan pemberitaan di media.

Biasanya kudeta dilakukan secara cepat tanpa ada taktik terselubung, namun yang dilakukan Soeharto adalah secara berangsur-angsur.

Namun, mengenai dugaan paradoks kudeta yang ditujukan kepadanya, Soeharto membatah terkait hal tersebut.

Soeharto hanya mengakui bahwa Supersemar hanya ditujukan untuk membersikan pemerintahan Indonesia dan untuk membubarkan PKI.***

 

Rekomendasi