Tragedi Kemanusiaan di Palestina Disebut Tak Dapat Ditolerir, Presiden Jokowi: Perang dan Pembantaian di Era Modern Tidak Masuk Akal

 

InNalar.com – Jokowi mengatakan jika perang dan pembantaian yang terang-terangan ini tidak masuk akal.

Ungkapan tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo saat membuka penyelenggaraan R20 International Summit Of Religious Authorities (ISORA) di Hotel Park Hyatt, Jakarta.

Acara tersebut merupakan forum pertemuan para pemimpin agama dunia.

Baca Juga: Tenaga Honorer Ingin Cepat Diangkat Menjadi PPPK? Penuhi Kelima Syarat Ini, Mulai dari…

Dimana tragedi kemanusiaan yang terjadi pada Palestina sudah tidak dapat ditolerir dan tidak masuk di dalam nalar dan nurani.

Mengenai hal ini, tokoh agama dan masyarakat ini memiliki peran dinilai sangat penting dalam menciptakan perdamaian, kerukuran, dan kebersamaan dalam suatu negara.

Dilansir dalam unggahan Instagram @Jokowi, dirinya mengapresiasikan penyelenggaraan R20 ini dalam rangka membentuk dialog lintasamana dan bangsa dalam rangka mennghentikan pertikaian.

Baca Juga: Capai Rp1.077,2 Triliun Dana APBN 2024, Ternyata Segini Gaji yang Diperoleh TNI Tamtama Prajurit Dua Dengan Masa Kerja 0-28 Tahun

Serta mewujudkan dunia yang damai dan juga sejahtera.

Dilansir dalam unggahan YouTube @TVNU,  pembantaian yang terjadi di Palestina ini merupakan praktik pembantaian secara terang-terangan.

Dimana pembantaian tersebut berhasil merenggut nyawa warga sipil, termasuk perempuan dan juga anak-anak.

Baca Juga: Komunitas Pro Palestina Kembangkan Aplikasi ‘No Thanks’, Ketahui Produk Pro Israel dengan Cepat

Atas terjadinya peristiwa tersebut, Jokowi menegaskan jika tragedi kemanusiaan di Palestina ini tak dapat ditolerir sedikitpun.

Dirinya juga myakini bahwa Kemerdekaan merupakan hak segala bangsa.

Hal tersebut secara gamblang dinyatakan dalam konstitusi Indonesia.

Tidak hanya itu saja, Jokowi juga menjelaskan jika penduduk Indonesia saat ini hampir mencapai 280 juta.

Dimana 280 juta tersebut, terdiri atas 714 suku dan lebih dari 1.300 bahasa lokal.

Warga Indonesia juga memeluk agama yang berbeda-beda dan hidup di 17.000 pulau yang dimiliki.

Dengan adanya keberagaman tersebut, tentunya bukanlah hal yang mudah untuk mempersatukan warganya, tapi Indonesia bisa melakukannya.

Indonesia dinilai mampi mengikis eko kesukuan, ego keagamaan, dan juga ego kedaerahan, sehingga mampu mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika.

Hal tersebut dapat terwujud karena adanya dukungan dari para jajaran agama.

Serta sikap mentoleransi perbedaan-perbedaan pada setiap individu dengan individu lainnya.

Hingga akhirnya dapat menjembatani perbedaan dan menghentikan segala bentuk pertikaian-pertikaian.

Sehingga dunia dapat damai, rukun, dan juga sejahtera.***

 

Rekomendasi