

inNalar.com – Indonesia memiliki ribuan suku bangsa dengan berbagai tradisi dan budaya yang tersebar di desa-desa. Hal ini menjadi ciri khas dari Indonesia di mata dunia.
Meski begitu, sudah cukup banyak suku yang mulai hilang ditelan zaman di tengah era modern seperti sekarang ini.
Tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mulai tergantikan oleh pengaruh budaya luar dan menurunnya minat generasi muda.
Baca Juga: Cantik Eksotis! Standar Kecantikan Wanita di Desa Mentawai, Sumatera Barat Ini Sungguh Tak Biasa
Disamping itu, kenyataanya masih banyak suku kecil di desa yang kental akan budaya dan tradisinya. Salah satunya suku di wilayah Maluku yang memiliki kebudayaan unik dan belum diketahui oleh orang awam.
Suku Naulu merupakan salah suku yang hidup di Pulau Seram Maluku. Mereka tinggal dibagian kawasan selatan tepatnya di Dua Negeri atau disebut juga Dusun Nuanea dan Dusun Sepa.
Kedua dusun tersebut masih sangat memegang teguh kebudayaan dan tradisi dari nenek moyang mereka, sehingga kehidupannya lebih banyak dihabiskan di hutan untuk berburu atau bertani di ladang.
Baca Juga: Transaksi Nasabah BRI Makin Aman dan Nyaman Berkat Fitur Unggulan BRImo QRIS Transfer
Pada zaman dahulu, suku Naulu berasal dari satu nenek moyang dengan suku Huaulu. Keduanya berasal dari ayah dan ibu yang berbeda.
Lantaran adanya perbedaan adat, maka kedua suku tersebut dipisahkan dengan pembagian tujuan ke utara dan selatan.
Di suku Naulu terdapat satu tradisi yang tidak biasa yang hingga kini masih dilakukan. Tradisi tersebut hanya dilakukan oleh kaum wanita yang sedang dalam masa datang bulan.
Baca Juga: Bukan Cuma Pengaruh Fisik! Suhu Udara Ternyata Bisa Menjelaskan Kepribadian Seseorang
Tradisi tersebut dilakukan di sebuah gubuk kecil yang digunakan untuk pengasingan wanita yang sedang datang bulan. Gubuk tersebut dibuat khusus yang kemudian diberinama Tikusune.
Biasanya mereka yang akan datang bulan akan segera diungsikan ke sebuah gubuk selama beberapa hari hingga masa haidnya selesai.
Mereka akan menempati sebuah bangunan dengan ukuran 2 x 2 meter dengan dua tempat tidur yang sudah disediakan.
Suku Naulu beranggapan bahwa darah haid dianggap tidak baik bagi lingkungan adat. Oleh karena itu mereka yang sedang haid diasingkan untuk Sementara waktu.
Saat berada dipengasingan ini perempuan yang sedang dalam masa datang bulan tersebut tidak diperbolehkan untuk dikunjungi oleh pria dengan status apapun.
Sehingga untuk keperluan makan dan minum akan diantar oleh wanita suku Naulu.
Lebih lanjut, tradisi tersebut juga dilakukan bagi wanita yang akan melahirkan. Wanita yang akan melahirkan akan dikunjugi oleh dukun untuk membantu proses melahirkan.
Setelah melahirkan, bayi dan ibunya akan berada di gubuk selama dua minggu sebelum nantinya dipulangkan ke rumah dan disambut dengan sukacita.
Setelah masa melewati masa tersebut, mereka akan kembali ke rumah masing- masing dan kemudian mengadakan perayaan atas kepulangannya tersebut.
Suku Naulu merupakan salah satu dari banyaknya suku di Indonesia yang memiliki tradisi dan kebudayaan yang sangat beragam. Kebudayaan dan tradisi tersebut perlu dilestariakan dan dijaga bersama.
Hal itu tentunya sangat penting dilakukan agar kebudayaan dan tradisi Indonesia tidak tergerus oleh perkembangan zaman dan teknologi yang makin pesat.*** (Ummi Hasanah)