Tongkonan Disebut Rumahnya Para Sultan, Habiskan Rp12 Miliar untuk Bangun Satu Rumah Adat Toraja

inNalar.com – Rumah adat Toraja memiliki bentuk yang unik dan penuh warna. Rumah tersebut disebut rumah Tongkonan.

Keunikan rumah adat tersebut terletak pada bentuk atapnya yang menyerupai perahu terbalik, dan ujung-ujungnya yang melengkung pada bagian depan dan belakang.

Disetiap didingnya dipenuhi dengan ukiran yang disebut dengan Passura dalam Bahasa Toraja.

Baca Juga: Wajib Cobain Lezatnya Kuliner Khas Magelang, Jawa Tengah Ini: Dijamin Bikin Ketagihan!

Tongkonan merupakan salah satu warisan dari waktu ke waktu dan generasi ke generasi.

Rumah adat Tongkonan menjadi rumah tempat tinggal, kekuasaan, dan kehidupan sosial budaya masyarakat Toraja.

Lingkungan di sekitar rumah Tongkonan disuguhkan dengan pemandangan indah dengan hamparan sawah dan perbukitan yang sangat mempesona.

Baca Juga: Wisata Kuliner Unik Jakarta, Makan di Restoran Akuarium Indoor Terbesar se-Indonesia

Keindahana tersebut juga diiringi dengan keunikan atapa yang terlihat seperti perahu terbalik. Hampir seluruh bagian pada dindingnya diukir dan dipahat.

Dibalik ukiran tersebut tentunya mengandung arti dan penempatannya tidak boleh sembarangan harus sesuai dengan adat Toraja.

Pada bagian depan rumah terdapat ukiran yang menunjukan kepala kerbau terbuat dari kayu dengan tanduk kerbau asli.

Baca Juga: Tidak Perlu Jauh ke Venesia Italia! di Maluku Ada Desa Unik dengan Sungai Keramik yang Mengitarinya

Ornamen tersebut disebut dengan Kabongo. Kemudian, terdapat hiasan berupa kepala ayam jantan hingga leher, seolah-olah bertengger di atas kabongo.

Atap Tongkonan dulunya terbuat dari bambu yang disusun. Tetapi, seiring berjalannya waktu, proses terjadi pelapukan hingga perlu diganti dengan atas seng.

Jika sudah lapuk, kayu akan diganti dengan jenis kayu kelas satu yang sudah diukir kembali sesuai dengan kondisi aslinya.

Berdasarkan hal tersebut menurut Ketua Ikatan Keluarga Toraja (IKAT) cabang Kutim terpilih yaitu Piter Buyang mengatakan bahwa pembanguanan Tongkoanan ini diperkirakan mencapai anggaran sekitar Rp1-3 Miliar.

Jika dalam satu lingkup terdapat 12 Tongkonan maka bisa dibayangkan saja jika dibangun secara bersamaan maka akan menghabiskan Rp12 miliar.

Tongkonan di Tanah Toraja memiliki fungsi budaya, sosial, dan adat yang berbeda-beda. Salah satu fungsi lainnya ialah untuk tempat menyimpan jenazah.

Peti Jenazah disimpan di dalam Tongkonan sebelum dimasukan ke dalam makam (Lung-Bang) keluarga di tebing timur desa.

Menurut salah satu warga di Desa Tondon, Tana Toraja mengatakan, “Tongkoanan adalah tempat orang di desa untuk bermusyawarah, berkumpul, dan menyelesaikan masalah-masalah adat,” ujar Andre.

Hampir semua rumah orang-orang di Toraja mengahadap ke arah utara.

Hal itu merujuk pada Puang Matua di kepada dunia yaitu arah utara.

Dengan menghadap ke arah Puang Matua memiliki makna menghormati dan dipercaya akan selalu mendapatkan berkah.*** (Ummi Hasanah)

Rekomendasi