

inNalar.com – Meninggalkan pekerjaan bergaji ribuan dolar di luar negeri mungkin bukan keputusan yang mudah bagi banyak orang.
Namun, itulah yang dilakukan oleh Nurul Hidayati, seorang perempuan asal Klaten Jawa Tengah yang memilih pulang ke Indonesia demi mengurus kebun milik keluarganya.
Melalui kanal Youtube PecahTelur, Anisa dan suaminya membagikan kisah mereka saat memenuhi kebutuhan hidup sepenuhnya dari kebun sendiri.
Nurul pernah bekerja di industri landscape atau pembangunan taman yang mengurus kebun milik kerajaan Brunei Darussalam yang berfokus pada keindahan tanpa pertimbangan keseimbangan alam.
Dengan gaji yang fantastis hingga mencapai B$1.000, ia sebenarnya memiliki kehidupan yang nyaman. “Saya punya gaji ratusan dolar bahkan lebih, tapi hati saya tersayat-sayat,” ujar Nurul ketika menceritakan keputusannya.
Pekerjaan yang ia geluti mengharuskan sarjana pendidikan pertanian ini menggunakan pestisida untuk merawat tanaman, yang mana hal tersebut bertentangan dengan hati nuraninya.
Baca Juga: Omset Sebulan Rp300 Juta Jualan Bawang Merah, Eks Direktur Bank Ini Sukses Usaha Gegara Hal Sepele
“Saya menawarkan yang organik tapi mendapatkan jawaban itu kalo dipake di perusahaanmu aja kan kamu ngikut kita (dibayar).” ungkap Nurul.
Bersama suaminya, Sri Widodo, yang sama-sama menyukai pertanian organik, Nurul mengolah kebun di rumahnya sendiri bahkan memiliki tagline-nya sendiri.
“Pokoknya tagline kami ‘lestari nganggo ati(lestari dengan hati)’, tidak asal menanam saja tanpa pakai hati, itu akan nihil.” ujar Sri Widodo.
Baca Juga: Kaum Nerdy Pasti Suka! 5 Kafe Aesthetic di Jakarta Selatan Ini Bisa Jadi Tempat Healing Kekinian
Nurul mengaku sempat takut sebelum memutuskan untuk pulang ke Indonesia karena masih belum tahu akan melakukan apa untuk menyambung hidup di tanah air.
“Saya terinspirasi dari Youtube juga mas, beliau mengaku bisa hidup tanpa uang jadi hidupnya bukan untuk mengejar uang. Tapi beliau lebih aman bukan saat bersama uang tapi saat sumber daya terjaga.” ungkap Nurul.
“Jadi kemakmuran itu bukan kamu bisa beli apa-apa tapi semua tersedia kamu ngga usah beli. Air ada, tanaman, makanan yang sehat, obat-obatan, sebenarnya bisa kita dapatkan di lingkungan.” imbuh Nurul.
Baca Juga: Bukan Sumedang, Ternyata Warga Kota Ini Paling Doyan Tahu di Jawa Barat, Bisa Tebak?
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa semua itu bisa tercapai asal kita bisa membaut ekosistem yang alami dan mendukung.
Setali tiga uang dengan Nurul, suaminya mengungkapkan bahwa ia ingin mencukupi kebutuhan keluarganya tidak hanya halal tapi juga thoyib untuk mengejar keberkahan.
Berawal dari ingin mencukupi kebutuhan keluarga dengan tanaman di kebun, ia justru mendapatkan hasil yang berlimpah sehingga bisa dijual ke tetangga sekitar.
Baca Juga: Terungkap! Raja Patin Indonesia Ternyata Berasal dari Daerah Ini, Bukan Kalimantan Selatan
“Definisi cukup menurut saya pribadi adalah tahu besok pagi sudah ada yang untuk dimakan. Jadi ngga mewariskan ke anak-anak harta yang melimpah tapi mewariskan pesan untuk menjaga lingkungan.” jelas Nurul.
Ia juga berpesan kepada anaknya bahwa kita tidak bisa menemukan bumi lain sehingga bumi yang saat ini mereka tinggali harus dijaga.
Pasangan ini juga mengupayakan untuk mengolah sampah yang mereka hasilkan setiap harinya, salah satunya diolah menjadi pakan ternak.
Baca Juga: Begini Tips Sukses Budidaya Udang Vaname dari Petani Nusa Tenggara Barat
Karena sampahnya organik, maka kebutuhan protein untuk ternaknya pun sudah tercukupi seingga tidak butuh pakan yang buatan pabrik.
Tak perlu ke pasar, keluarga ini setiap hari bisa mengambil ikan, sayur, dan telur dari kebun dan ternak mereka sendiri.***