Tinggalkan Bisnis Batu Bara? Perusahaan Tambang Terbesar di Kaltim dan Kalteng Ini Punya Identitas Baru

inNalar.com – Perusahaan tambang terbesar di Provinsi Kalimatan Timur (Kaltim) dan Kalimatan Tengah (Kalteng), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), kini meninggalkan fokusnya terhadap bisnis batu bara. 

Perusahan tambang yang merajai Kaltim dan Kalteng ini lebih memilih fokus terhadap sektor bisnis baru bahkan sampai bertransformasi dengan identitas barunya, setidaknya mulai saat ini.

Transformasi ini dilakukan karena menilik sejumlah tantangan besar dalam bisnis batu bara juga sejumlah peluang baru yang ramah lingkungan dan lebih cerah di masa depan. 

Baca Juga: Rezim Bashar Al Assad Berakhir, Penguasa Baru Suriah Incar Ladang Cuan Ini Demi Keluar dari Krisis Ekonomi

Perubahan fokus bisnisnya tersebut diawali dengan pergantian identitas baru dalam hal nama, dari yang sebelumnya PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menjadi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. 

Perubahan fokus bisnis dan identitas baru perseroan telah diputuskan dan disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 18 November 2024.

Sesuai dengan perubahan fokus, penamaan ini dibuat untuk merepresentasikan pengelolaan tiga elemen kekayaan alam di Indonesia, yaitu pemanfaatan tanah, air, dan udara.

Baca Juga: Bersembunyi di Hutan Gorontalo Sejak 1673, Penghuni Desa Misterius Ini Dulunya Rakyat yang Kabur dari Kejaran Belanda

Selain itu, penamaan tersebut juga diklaim sebagai komitmen atau janji perusahaan yang akan lebih mengedepankan tanggung jawab dan inovasi berkelanjutan yang ramah lingkungan. 

Dalam RUPSLB-nya, para pemegang saham juga setuju terhadap pembagian dividen interim atau pembagian laba yang dilakukan sebelum pembukuan keuangan, sebesar US$2,6 miliar atau setara Rp41,7 triliun.

Untuk diketahui, melansir e-ipo.co.id, pada Rabu (11/12), dulunya, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk ini fokus pada bisnis batu bara.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Jabodetabek, BMKG Umumkan Perpanjangan Status Peringatan Dini Terbaru

Bahkan, disebut sebagai perusahaan tambang terbesar karena memiliki area atau kawasan pertambangan yang luas, yaitu sekitar 146.579 hektar di Kalteng dan Kaltim. 

Di konsesi wilayahnya di Kaltim dan Kalteng ini, perusahaan memiliki sumber daya batu bara metalurgi sebanyak 980 juta ton, yang ditambang dari lima lokasi, di kawasan Cekungan Kutei Atas, salah satu area tambang baru terbesar di dunia

Dalam rangka mendukung hilirisasi dan menjemput peluang bisnis yang lebih besar, perusahaan tambang asal Kaltim dan Kalteng tersebut beralih fokus pada bisnis hijau dan pengembangan proyek-proyek yang ramah lingkungan. 

Baca Juga: Ini Dia 7 Uang Koin Kuno Termahal di Indonesia, Salah Satunya Bernilai Rp 100 Juta per Keping!

Meskipun demikian, melansir alamtri.com, pada Rabu (11/12), beralihnya fokus tidak berarti meninggalkan bisnis batu bara sepenuhnya, mereka mempercayakannnya pada PT Adaro Minerals Indonesia Tbk.

Yaitu anak buah perusahaannya yang fokus pada batubara metalurgi untuk produksi baja bermerk “Enviromet,” yang dinilai unggul karena kandungan abu dan fosfor yang rendah serta vitrinit tinggi. 

Selain itu, untuk mendukung hilirisasi mineral, induk perusahaan mempercayakannya pada PT Adaro Minerals Indonesia Tbk dengan membangun pabrik peleburan aluminium di Kalimantan Utara. 

Kemudian, melalui PT Saptaindra Sejati (SIS), disediakan layanan jasa pertambangan, termasuk perencanaan tambang, penyediaan peralatan, konstruksi, penyewaan, perbaikan mesin, dan layanan terkait lainnya.

Namun dalam hal ini, kini fokus induk perusahaan tersebut yaitu bisnis hijau, berupa energi terbarukan, melalui anak perusahaannya yang bernama PT Adaro Clean Energy Indonesia.

Baca Juga: Warga Kaltara Bikin Kaget! Satu Kampung di Pucuk Gunung Kalimantan Utara Ini Semuanya Punya Mobil Mewah

Proyek energi terbarukan ini merupakan bagian dari inisiatif induk industri tersebut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia. 

Beberapa proyek energi terbarukannya antara lain pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kalteng dan pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di kawasan industri di Kalut.

Sebagai respon dari adanya identitas baru perusahaan, Presiden Direktur sekaligus CEO ADRO, Garibaldi Thohir, menyampaikan hal khusus.

Menurutnya, kini perseroan lebih fokus untuk melakukan ekspansi strategis dan pengembangan bisnis ke sektor di luar pertambangan batu bara. 

Kedua hal tersebut dilakukan perseroan demi mencetak portofolio bisnis yang seimbang sesuai kebutuhan pasar.

Bahkan rencananya ditargetkan sekitar 50% pendapatan akan ditopang dari segmen bisnis nonbatu bara termal pada tahun 2030. *** (Gita Yulia) 

Rekomendasi