

inNalar.com – Letkol Untung yang dikenal sebagai dalang Gerakan G30S PKI, nyatanya pernah dipimpin oleh Soeharto.
Hal ini juga yang membuat firasat Soeharto benar, atas siapa dalang dibalik kejadian kelam malam itu.
Melansir dari buku Biografi daripada Soeharto, diketahui bahwa kejadian itu terjadi pada tahun 1952-1953.
Baca Juga: Kejadian Berdarah Gerakan 30 September Libatkan Soeharto? Ada Kisah Tersembunyi yang Baru Terungkap
Kala itu, TNI masih dalam situasi kewaspadaan karena keamanan RI yang terganggu, khususnya di daerah Jawa Barat.
Berkat peran aktif rakyat, operasi militer yang dilakukan TNI dapat menghancurkan kekuatan utama DI/TII di Bulan November 1952.
Sementara itu, Soeharto ditunjuk untuk memimpin Resimen 15 di Solo, yang baru saja kehilangan Komandannya, Mayor Kusmanto.
Gugurnya Mayor Kusmanto terjadi pada saat operasi penumpasan pemberontakan batalion 426. Mengenai pemindahan ini, beliau merasa memiliki tanggung jawab penuh untuk memperbaiki Resimen 15.
Pasalnya, Surakarta pada waktu itu dikenal dengan kekuatan “kiri” nya. Soeharto mencatat bahwa pengaruh politik khususnya komunis, telah merasuki militer.
Hingga sebagian besar Resimen 15 beranggapan bahwa perwira seharusnya berpolitik, jika tidak maka diibaratkan sebagai kip zonder (ayam tanpa kepala).
Sebagai seorang militer yang tidak punya minat politik, Soeharto beranggapan bahwa pengaruh politik justru dapat memperlemah daya tempur satuan.
Namun ada satu hal yang merisaukan Soeharto, yakni batalion Digdo yang tergabung dalam resimennya.
Batalion ini bermarkas di Kleco dan telah memperoleh pendidikan politik ideologis dari seorang komunis terkemuka, Alimin.
Dua di antara anggota batalion tersebut adalah Letkol Untung dan Suradi, seorang yang dikenal terlibat Gerakan G30S PKI.
Soeharto pun menyampaikan, itulah alasan mengapa dirinya mudah menebak siapa yang berada di belakang Gerakan G30S PKI, setelah mendengar siaran radio.
Saat itu yang menjadi fokus Soeharto adalah keadaan politik yang mendominasi pasukan tentara di Solo. Sampai berhasil menyingkirkan beberapa dari pertikaian ideologi yang terjadi di Militer.
Hal menarik lainnya adalah, Soeharto juga merintis sebuah koperasi untuk para prajurit, agar dapat menjadi semangat dalam mencukupi kebutuhan keluarga.
Selain itu, masa berdinas di Solo ini juga dimanfaatkan oleh Soeharto untuk melakukan aktivitas-aktivitas baru.
Seperti mengikuti kursus militer, bergabung dengan Klub Bridge, dan juga mengikuti kursus penerbangan di Aero Club.
Begitulah cerita Soeharto saat berada di Solo dan menjadi pemimpin Resimen 15.
Memperbaiki paham politik para komunis, terutama batalion Doglo yang didalamnya terdapat Untung dan Suradi.
Inilah yang menjadi alasan Soeharto kemudian, mengapa bisa mengenal dan dapat dengan mudah menebak Letkol Untung yang ada dibalik Gerakan G30S PKI.***