Tertawa Berlebihan Dalam Majelis Ilmu, Boleh Atau Tidak? Begini Buya Yahya Tegaskan Dampaknya

 
InNalar.com – Majelis ilmu atau pengajian memang menjadi kegiatan positif yang diikuti.
 
Sebab Rasul pun telah memuliakan majelis ilmu sebagai jalan seseorang menuju surga.
 
Dengan harapan, setelah mengikuti kegiatan majelis ilmu seseorang bisa mendapatkan dampaknya.
 
 
Perihal dampaknya, bisa seperti membenahi diri, cara agar lebih dekat kepada Allah atau dampak baik lainnya.
 
Namun keberagaman penceramah di Indonesia berpengaruh pada ciri-ciri khas pembawaan di majelis ilmu.
 
Ada yang tergolong serius dengan jarang mengundang tawa.
 
 
Atau bahkan ada juga yang saking santainya, sampai-sampai membuat jamaah tertawa berlebihan.
 
Berkaitan dengan hal ini, Buya Yahya sempat menyinggung sambil mempertegas prinsipnya dalam berdakwah.
 
“Majelis saya tidak ada tertawanya. Mending tidak datangi orang, asalkan iblis juga tidak ikut datang,” ujarnya.
 
 
Ungkap Buya Yahya pada ceramahnya yang dirilis pada akun YouTube Al-Bahjah TV.
 
Bukan tanpa maksud. Buya Yahya juga mengungkap kebiasaan buruk orang suka bercanda.
 
Menurut Buya Yahya, tertawa punya keterkaitan dengan kebohongan yang jelas dilarang dalam Islam.
 
Sebab jika kehabisan bahan dalam bercanda, dampaknya rentan terhadap kebohongan agar bisa ditertawai lagi.
 
Lebih lanjut, Buya Yahya memperkuatnya dengan makna hadis Nabi tentang tertawakan hati.
 
“Tertawa ngakak. Sehingga membuat lupa, terlena, lengah dengan Allah. Lalu menjadi sulit dinasehati,” tegasnya.
 
“Bukan berarti tidak boleh tertawa. Alangkah lebih baik ditahan.”
 
“Rasul pun tertawa namun tidak lebih dari sekadar senyuman.” 
 
“Kalaupun ada orang yang tertawa sampai jungkir balik, ya berarti sedang nonton lawak.” Tutur ulama kelahiran Blitar tersebut.
 
Buya Yahya pun menjelaskan, hal ini tidak juga menandakan Islam sebagai agama yang kaku dan serius.
 
Islam agama yang indah. Canda ria bisa masuk ke dalamnya.
 
Namun, Buya Yahya kembali menambahkan dan mengingatkan.
 
Jika harus tertawa mengeluarkan suara, yang sewajarnya dan tidak terbiasa ngakak.
 
Sehingga dengan ini, bisa saja tertawa di majelis ilmu atau bahkan di tempat lain.
 
Namun perlu dikondisikan agar tidak berlebihan dan intensitasnya tidak terlalu banyak. ***

Rekomendasi