

InNalar.com – Berbagai daerah di Indonesia memiliki beragam pakaian yang terbuat dari kain bersejarah.
Kain-kain tersebut memiliki makna tersendiri, mulai dari motif, warna, hingga teknik dan proses pembuatannya.
Salah satunya adalah kain tenun dari Pontianak Kalimantan Barat ini, memiliki motif unik yang populer sejak pemerintah Sultan Syarif Abdurrahman Al Qadrie, tahun 1771.
Baca Juga: BRI Yakin Ruang Pertumbuhan Kredit Masih Besar di Tengah Tantangan Ekonomi Global
Meski demikian, kain tenun corak Insang mulai diciptakan pada tahun 1930 an.
Motif khas Kalimantan Barat ini bernama Corak Insang. Dimana, dulu hanya bisa dikenakan oleh para bangsawan.
Pada saat itu, penggunaan motif ini memiliki fungsi sebagai barang persembahan atau cinderamata untuk para raja.
Khususnya bagi raja-raja yang sedang berulang tahun. Kemudian, juga digunakan sebagai hantaran pernikahan, dan upacara pernikahan hingga upacara tradisional yang lain.
Bahkan, penggunaan tenun corak insang ini juga sebagai penanda atau simbol status sosial dari seseorang atau kelompok masyarakat, dan juga pengukur keterampilan seorang perempuan.
Awal mula perkembangan Corak Insang ini terinspirasi dari aktivitas kehidupan masyarak, serta kebudayaan orang Melayu dari Pontianak.
Baca Juga: Soeharto Sabet Gelar Bapak Pembangunan Tapi Gagal Digelari Pahlawan Nasional, Apa Penyebabnya?
Dimana, mereka bermukim di area Sungai Kapuas. Sehingga rata-rata masyarakatnya memiliki pekerjaan utama sebagai penangkap ikan.
Oleh sebab itu, corak insang ini sebagai wujud ekspresi seni dan apresiasi atas apa yang mereka kerjakan sehari-hari.
Adapun bagian ikan yang menjadi motif ini adalah insang, karena bagian tersebut hal vital.
Selain itu, corak insang juga memiliki filosofi mendalam seperti, insang yang menggambarkan kehidupan, karena insang berfungsi sebagai pernapasan ikan.
Kemudian, juga bermakna bagian dari kehidupan utama masyarakat Melayu Pontianak yang tinggal di dekat Sungai Kapuas.
Bahkan, corak insang insan juga sebagai ungkapan syukur kepada alam dan cinta lingkungan, serta dorongan untuk semangat dalam berkehidupan (Nafas, Hidup dan bergerak).
Zaman dahulu, pembuatan kain tenun corak Insan dan pewarnaannya memanfaatkan bahan-bahan alami, seperti kunyit untuk pewarna kuning.
Adapun pada tahun 2017, Tenun Corak Insang Kota Pontianak ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Jika dulu motif corak insang hanya dipakai pada kain tenun tradisional. Tetapi, saat ini juga mulai dikembangkan dalam bentuk batik tulis hingga aksesoris.
Misalnya, pada Batik Tulis Corak Insang Kreasi Pontianak. Merupakan, batik tulis yang diadaptasi dari motif bersejarah tersebut.
Mempunyai corak Insang dengan khasanah karakter geologi tanah gambut Kota Pontianak.
Seperti, penggunaan warna kuning pada corak Insang, yang melambangkan warna khas tanag gambut dan tumbuhan pakis-pakisan.
Adanya bentuk Paret Gambut yang terbentuk secara alami untuk mengalirkan air di saat musim penghujan dan menjadi identitas Kota 1000 paret Pontianak.***