

inNalar.com – Lingkaran aneh yang disebut dengan “lingkaran peri” yang terdapat di daerah gersang Namibia dan Australia telah mengejutkan para ilmuwan selama beberapa hari ini.
Para ilmuwan dengan hangat memperdebatkan asal usul pola bumi tandus yang aneh seperti polkadot, yang ditemukan di Gurun Namib, yang membentang dari Angola hingga Afrika Selatan bagian utara.
Pasalnya lingkaran tersebut sebelumnya hanya memikat Namibia dan Australia. Namun, saat ini juga terdapat di 263 lokasi yang tersebar di 15 negara.
Sampai saat ini, pola lingkaran misterius dari tanah gundul yang dikelilingi oleh tanaman yang menghasilkan lingkaran vegetasi ini hanya dideskripsikan di Namibia dan Australia.
Dilaporkan inNalar.com dari Sciencealert , berbagai teori selama lima dekade terakhir telah dikemukakan untuk dapat menjelaskan proses pembentukannya.
Namun dimensi global dari fenomena tersebut masih sulit dipahami para peneliti, termasuk Universidad de Alicante (UA) di Spanyol.
Baca Juga: Para Arkeolog Temukan Bahasa Baru, Diyakini Bahasa Indo-Eropa dari Reruntuhan Sebuah Kerajaan Kuno
Studi baru, yang diterbitkan pada jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences PNAS, mengungkap untuk mengetahui fenomena tersebut peneliti menggunakan kecerdasan buatan untuk mengklasifikasikan citra satelit.
“Kami menemukan lokasi lingkaran peri di banyak tempat lain yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya, karena sebagian besar penelitian mengenai topik ini dilakukan hanya di dua negara, Namibia dan Australia,” ujar Fernando Maestre seorang ahli ekologi di Universitas Alicante di Spanyol dan penulis studi tersebut.
Dan hasilnya menunjukkan jika terdapat 263 situs yang polanya mirip dengan lingkaran peri dan telah dideskripsikan hingga saat ini, termasuk dari Namibia dan Australia Barat.
Baca Juga: Wow! Ini Alasan Ilmiah Kenapa Burung Beo Bisa Bicara Bahasa Manusia dengan Lancar, Ternyata…
Analisis tersebut menemukan bahwa bercak-bercak ini terjadi di tempat-tempat seperti Sahel, Sahara Barat, Tanduk Afrika , Madagaskar, Asia barat daya, dan Australia tengah.
Para peneliti dari hasil ini menunjukkan bahwa lingkaran peri yang ditemukan tersebut jauh lebih umum daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Emilio Guirado seorang rekan penulis studi dari UA, menganalisis dampaknya terhadap fungsi ekosistem.
Baca Juga: Benarkah Cewek Lebih Suka Cowok Bad Boy? Ini Jawaban Pakar Psikologi, Ternyata…
Dirinya menemukan faktor lingkungan yang menentukan distribusinya, sangat penting untuk lebih memahami penyebab terbentuknya pola vegetasi ini dan juga dalam ekologisnya.
Para ilmuwan juga menemukan terdapat kombinasi karakteristik tanah dan iklim tertentu, seperti kandungan nitrogen yang rendah dan curah hujan yang rata-rata kurang dari 200 mm/tahun.
Karakteristik tersebut diyakini oleh para ilmuwan yang berhubungan dengan keberadaan lingkaran peri.
Menurut para peneliti, temuan baru ini membuka pintu penelitian apakah pola-pola di tanah ini dapat menjadi indikator degradasi ekosistem akibat krisis iklim.
Melalui studi baru ini pula para ilmuwan juga telah menyediakan atlas lingkaran peri global dan database yang dapat berguna dalam menentukan apakah pola vegetasi ini lebih tahan terhadap perubahan iklim dan gangguan lainnya.***