

inNalar.com – Kakao di Indonesia banyak dihasilkan dari perkebunan di Pulau Sulawesi, seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat.
Di antara 4 provinsi tersebut, Sulawesi Tengah mempunyai hasil biji kakao terbanyak yaitu seberat 130.848 ton atau setara dengan 20,11 persen total produksi Indonesia.
Jumlah komoditas yang banyak itu didukung oleh luas perkebunan yang memadai.
Baca Juga: 5 Sekolah di Surabaya Ini Punya Kurikulum Internasional, Jadi Kumpulan Anak Orang Kaya!
Terlebih, provinsi tersebut juga menjadi tempat dengan areal perkebunan komoditasnya terbesar di Indonesia, yaitu sebesar 19,28 persen dari total keseluruhan nasional atau 274.003 hektare.
Tidak hanya itu, ada sejumlah fakta menarik lainnya tentang kakao dari Sulawesi Tengah, apa saja?
1. Banyak diekspor ke berbagai negara
Kualitas kakao dari provinsi ini telah diakui oleh internasional.
Pada tahun 2021, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian bersama Gubernur melepas 800 ton biji kakao senilai Rp22,5 miliar ke berbagai negara.
Kakao produksi PT Olam Indonesia tersebut diekspor ke Malaysia, Vietnam, Amerika Serikat, India, China, Belanda dan Australia.
Baca Juga: Sumbawa NTB Kalah Unggul? Provinsi Ini Jadi Penghasil Ternak Kuda Terbesar di Indonesia
2. Banyak dijumpai di Kabupaten Sigi
Tumbuhan asal Amerika Selatan ini banyak dijumpai di Kabupaten Sigi.
Sigi mempunyai kondisi geografis berupa hutan dan hamparan bukit hijau, serta satu-satunya daerah di Sulawesi Tengah yang tidak dianugerahi pantai.
Di samping itu, Kabupaten Sigi mendukung pertumbuhan kakao jika ditinjau dari aspek iklim.
5 desa di Kabupaten Sigi sudah ditetapkan sebagai sentra perkebunan kakao organik, antara lain Desa Berdikari, Desa Karunia, Desa Bahagia, Desa Sintuwu dan Desa Petimbe.
Perkebunan kakao juga dapat ditemukan dengan mudah di Desa Omu, Kecamatan Gumbasa. Luas lahan kakao di desa ini mencapai 25.000 hektare.
3. Mendapat perawatan ramah lingkungan
Faktor yang mendukung produktivitas lahan kakao di Sigi adalah perawatan yang dilakukan secara intensif.
Para petani menggunakan teknik sarungisasi dalam mencegah serangan hama daripada memakai insektisida.
Cara ini lebih ramah lingkungan dan sesuai dengan prinsip berkelanjutan.
Mereka juga rutin memangkas daun untuk mengurangi kelembaban pada tanaman kakao, sehingga aman dari serangan hama.
Terbukti, buah kakao yang dihasilkan lebih berat dan permukaan kulitnya lebih halus.
4. Macam-macam produk kakao
Di desa Omu ada pembuat produk cokelat batangan yaitu Coklat Pak Tani yang menjadi produsen cokelat batangan pertama di Sigi.
Kudapan tersebut terbuat dari biji kakao berkualitas terbaik.
Keunikan produk Coklat Pak Tani terletak pada bentuk cokelat yang sedikit berpasir. Lantaran adonan pasta tersebut dicampur dengan ampas dan lemak cokelat yang menambah keragaman tekstur.
Coklat Pak Tani menggunakan gula aren ketimbang gula pasir sehingga tidak terlalu manis serta mempertahankan rasa asli kakao yang pahit.
Selain cokelat batang, biji kakao di Sigi juga diolah menjadi cokelat bubuk dan minyak cokelat.
Bubuk cokelat dihasilkan dari biji yang sudah ditempa sehingga membentuk ampas dan tidak ada lemak. Ampas kemudian dihaluskan sampai menjadi bubuk.
Sementara minyak cokelat diperoleh dari ekstraksi biji kakao. Minyak cokelat bermanfaat untuk membuat kue dan juga industri farmasi.***