

inNalar.com – Tahun 2023 ini, di Kalimantan Utara akan dibangun sebuah kawasan industri hijau yang digadang-gadang akan jadi yang terbesar di Indonesia.
Proyek yang termasuk dalam Kalimantan Industrial Park Indonesia diantranya Pabrik Petrokimia, smelter aluminium, Pabrik besi dan baja, pabrik baterai kendaraan listrik, dan industrial and polycristalline silicon.
Diketahui bahwa mega proyek di Kalimantan Utara ini dibangun dilahan seluas 13 ribu hektar.
Baca Juga: Gandeng China dan Jepang, Biaya Pembangunan PLTA Sungai Kayan di Kalimantan Utara Ini Makin Bengkak
Nilai investasi dari pembangunan kawasan industri hijau di Kalimantan ini juga tidak main-main yakni mencapai lebih dari Rp2000 Triliun.
Kali ini, tim inNalar.com akan mengulik lebih dalam mengenai proyek smelter aluminium yang menjadi bagian dari proyek Kalimantan Industrial Park Indonesia.
Proyek smelter aluminium di kalimantan Utara ini nantinya akan digarap oleh PT Adaro Energy Tbk.
Pembangunan smelter aluminium di Kalimantan Utara ini ditargetkan rampung dan dapat beroperasi pada kuartal ke I tahun 2025 mendatang.
Kini, tahap pembangunan smelter aluminium di Kalimantan Utara ini masih memasuki tahap pra konstruksi.
Pada saat proyek ini rampung dan dapat beroperasi, di fase satu smelter aluminium ini mampu memproduksi 500.000 ton alumunium per tahun.
Kemudian, di tahun berikutnya smelter alumunium di Kalimantan Utara ini diharapkan mampu memproduksi aluminium sebanyak 1,5 juta ton.
Pada dasarnya, smelter aluminium di Kalimantan Utara ini dibangun dengan kapastitas maksimal sebesar 3 juta ton.
Untuk pembangunannya sendiri, biaya yang digelontorkan juga menyentuh angka puluhan triliun.
Dana yang dibutuhkan untuk konstruksi smelter alumunium di Kalimantan Utara ini mencapai Rp30 Triliun.
Dengan beroperasinya smelter Aluminium ini nantinya diharapkan Indonesia tidak perlu mengimpor Alumunium lagi dari luar negeri.
Sejatinya, Indonesia sendiri memiliki bauksit yang kemudian dikirim ke luar negeri untuk jadi Aluminium. Tetapi, hingga kini Indonesia masih mengimpor sekitar hampir 1 juta ton aluminium.***