

inNalar.com – Indonesia telah menetapkan target yang ambisius dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi fosil.
Dalam upaya mencapai target tersebut, proyek-proyek besar seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) menjadi bagian penting dari rencana energi nasional.
Salah satu lokasi yang menjadi fokus pembangunan PLTN adalah di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
Baca Juga: Habiskan Dana Senilai Rp 165 Miliar, Jembatan Unik di Banten Ini Jadi Ikon Wisata Kota Serang
Diperkirakan dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) akan menelan dana hingga Puluhan Triliun, sehingga pemerintah sangat berhati-hati dan struktur dalam menjalankan proyek ini.
Pada tahun 2022, pemerintah Indonesia menetapkan target untuk meningkatkan kontribusi energi baru terbarukan (EBT) hingga 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050.
Namun, pencapaian target ini bukanlah tugas yang mudah. Proses perencanaan dan pembangunan proyek EBT memerlukan investasi yang besar, diperkirakan mencapai puluhan triliun Rupiah.
Hingga tahun 2020, kontribusi EBT baru mencapai 11,5%, atau hanya setengah dari target yang ditetapkan untuk tahun 2025.
Dalam upaya memenuhi target EBT, pemerintah Indonesia mempertimbangkan berbagai sumber energi, termasuk panas bumi, air, bioenergi, tenaga surya, dan angin.
Namun, energi nuklir juga menjadi pertimbangan serius. Energi nuklir dianggap memiliki teknologi yang sangat matang dan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kapasitas pembangkit listrik.
Baca Juga: Kocak! Kelakukan Bocil Perempuan Paksa Abangnya Cosplay Jadi Mermaid, Ekspresinya Pasrah Bikin Gemes
Pemerintah Indonesia telah membentuk Tim Persiapan yang bertugas terkait pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
PLN dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengambil langkah-langkah strategis dalam pengembangan PLTN, yang direncanakan akan dimulai pada tahun 2025 dan memiliki kapasitas hingga 35 Giga Watt pada tahun 2060.
Pembangunan PLTN di Kalimantan Barat telah menjadi salah satu proyek prioritas pemerintah.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi di Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menyatakan bahwa pemerintah bekerja sama dengan mitra internasional dalam studi pengembangan PLTN.
Pemerintah provinsi Kalimantan Barat juga memberikan dukungan penuh terhadap pembangunan PLTN ini, melihatnya sebagai peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan lapangan kerja, dan menggerakkan industri di wilayah tersebut.
Kalimantan Barat dianggap sebagai lokasi yang potensial untuk pembangunan PLTN.
Selain memiliki potensi Uranium, wilayah ini juga dianggap stabil secara geologi dan memiliki risiko gempa yang lebih rendah dibandingkan dengan beberapa wilayah lain di Indonesia.
Pembangunan PLTN di Kalimantan Barat dapat membantu memaksimalkan potensi ekonomi dan industri di wilayah ini serta meningkatkan perekonomian.
Pembangunan PLTN di Kalimantan Barat adalah proyek besar yang memerlukan perencanaan matang dan kerja sama antar berbagai lembaga pemerintah dan internasional.
Langkah-langkah seperti studi kelayakan, pemilihan lokasi, dan sosialisasi kepada masyarakat telah dilakukan sebagai bagian dari persiapan pembangunan PLTN.
Pembangunan PLTN di Kalimantan Barat diharapkan dapat meningkatkan pasokan listrik yang stabil dan handal, yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan industri, termasuk industri logam dasar seperti alumina, bauksit, dan lainnya.
Selain itu, proyek ini dapat membantu meningkatkan tingkat elektrifikasi di wilayah tersebut, yang saat ini masih berada pada tingkat 93%.
Proyek pembangunan PLTN di Kalimantan Barat adalah langkah besar menuju pencapaian target EBT Indonesia.
Diharapkan proyek ini dapat segera terealisasi dan memberikan kontribusi positif terhadap pasokan listrik, pertumbuhan ekonomi, dan kemandirian energi di Kalimantan Barat serta membantu mencapai target EBT nasional.***