

inNalar.com – Di tengah upaya pemerintah mengembangkan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai kota hijau dengan teknologi mutakhir, proyek kereta tanpa rel menjadi sorotan.
Pasalnya, selain mengusung teknologi ramah lingkungan, kereta tanpa rel buatan China ini digadang-gadang akan menjadi solusi transportasi modern di IKN.
Namun, ternyata kereta tanpa rel ini masih jauh dari ekspektasi, terutama terkait kemampuannya beroperasi secara otomatis penuh.
Baca Juga: Solo Makin Canggih! Trem Bersuara Senyap Rp20 Miliar Membaur di Jalanan Pusat Kota: Uji Coba Sukses?
Tidak hanya menghabiskan dana hingga Rp70 miliar per unit, tetapi sistemnya belum cukup handal untuk berfungsi secara otomatis tanpa intervensi manusia.
Sekilas Tentang Trem Otonom IKN atau ART
Dilansir dari berbagai sumber, trem IKN otonom yaitu moda transportasi yang tidak memerlukan rel khusus, tetapi menggunakan sistem virtual track.
Yaitu jalur marka jalan yang digunakan untuk mngarahkan kereta otonom (Autonomous Rail Rapid Transit/ART) melaju di atas jalan.
Kendaran ini juga berjalan dukungan sensor dan GPS untuk menentukan arah pergerakannya di jalanan umum.
Selain itu, untuk mendukung misi IKN sebagai kota ramah lingkungan yang berfokus pada pengurangan emisi karbon, kendaraan ini menggunakan baterai.
Baca Juga: Tertimbun Sejak Abad Ke-5 di Jakarta Utara, Jejak Mega Proyek Tertua di Indonesia Akhirnya Terkuak
Menurut Joko Widodo, ART menawarkan keuntungan biaya yang lebih murah dibandingkan moda transportasi konvensional seperti MRT atau LRT karena tidak memerlukan rel fisik.
Menurutnya, Biaya satu unit ART sekitar Rp70 miliar, lebih efisien dibandingkan MRT atau LRT yang harganya mencapai ratusan miliar rupiah per kilometer. Dikutip InNalar.com dari YouTube Sekretariat Presiden.
Namun meskipun demikian, uji coba trem IKN yang dilakukan pada Agustus hingga Oktober 2024 menunjukkan hasil yang cukup mengecewakan.
Baca Juga: Kerap Dibikin Uji Nyali, Tanjakan Paling Ekstrem di Yogyakarta Akhirnya Dibabat Rata hingga Melandai
Setelah melalui rangkaian Proof of Concept (PoC) yang berlangsung di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, ART dinyatakan gagal berfungsi penuh secara otomatis. .
Lantas, Apa Kendala Trem IKN?
Dilansir dari berbagai sumber, Dalam uji coba PoC, 12 September – 22 Oktober 2024, ART menghadapi kendala teknis yang cukup serius, khususnya dalam pengoperasian otonom.
Yaitu, meskipun didesain sebagai kendaraan otonom, ART di IKN ternyata masih memerlukan pengemudi yang siap mengambil alih kendali saat terjadi keadaan darurat.
Selanjutnya, pada kondisi tertentu, ART juga belum mampu mengaktifkan rem otomatis saat mendeteksi adanya penghalang di depannya.
Baca Juga: Proyek JJLS Tetap Dilanjutkan, Begini Nasib Gua yang Ditemukan di Gunungkidul
Padahal, dalam situasi mixed traffic, kemampuan ini sangat penting untuk menjamin keselamatan penumpang dan pengguna jalan lainnya.
Selain itu, tidak terdapat pengaturan kecepatan dan pengereman per rute yang sesuai dengan kondisi nyata atau situasinyang dihadapinya.
Dalam artian, ART tidak dapat sepenuhnya menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, seperti pejalan kaki atau kendaraan lain yang mendekat.
Perbedaan ART dengan Transportasi Lain
Dilansir dari YouTube Sekretariat Presiden, ART memiliki konsep yang mirip dengan bus, menggunakan ban karet dan berjalan di atas jalan umum tanpa rel.
Bedanya, ART menggunakan virtual track yang dipandu oleh sensor LiDAR dan GPS yang menuntunnya untuk mengikuti marka jalan khusus yang telah dibuat di IKN.
Menurut Muhammad Ali Brawi, Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN, konsep ART ini adalah kombinasi dari sistem LRT dan bus otonom.
Di mana kendaraan ini dapat berfungsi di jalur khusus tanpa membutuhkan infrastruktur rel fisik yang mahal.
Ali juga menyebutkan bahwa ART memiliki kapasitas besar, mampu mengangkut 300 hingga 500 orang dalam satu perjalanan dengan tiga hingga lima gerbong.
Namun, beberapa warganet mengomentari desainnya yang mirip dengan bus gandeng seperti TransJakarta, sehingga terkesan kurang inovatif untuk ukuran transportasi di ibu kota baru.
Lantas, Apa Langkah Pemerintah Selanjutnya?
Dengan kegagalan PoC, pemerintah tidak tinggal diam. Deputi Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN.Mohammed Ali Berawi, menyatakan bahwa hasil uji coba ini akan dievaluasi.
Adapun perbaikan lanjutan akan diajukan kepada Norinco International Cooperation Ltd dan CRRC Qingdao Sifang.
Yaitu perusahaan asal Tiongkok yang bertanggung jawab atas pengembangan ART di IKN.
Harapannya, setelah dilakukan penyesuaian yang diperlukan, ART dapat kembali diuji pada November hingga Desember 2024.
Dengan demikian, meskipun ART belum sepenuhnya full otomatis, proyek ini tetap berpotensi besar mendukung visi IKN sebagai kota hijau dengan teknologi mutakhir. *** (Gita Yulia)