

inNalar.com – Kota Makassar memiliki ikon arsitektur modern yang sarat dengan makna budaya lokal, yaitu Menara Pinisi milik Universitas Negeri Makassar (UNM).
Gedung ini bukan sekadar bangunan kampus, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan masyarakat Bugis dan Sulawesi Selatan secara keseluruhan.
Mengusung konsep arsitektur lokal yang dipadukan dengan teknologi modern, Menara Pinisi telah menjadi landmark yang menginspirasi, menggambarkan kemegahan budaya Bugis dalam bentuk fisik yang menjulang tinggi.
Dibangun pada tahun 2009 dan resmi difungsikan pada 2013, Menara Pinisi terletak di Jl. A.P. Pettarani, Gunung Sari, Makassar.
Nama gedung ini diambil dari perahu Pinisi, yang merupakan simbol kebanggaan masyarakat Bugis—simbol kemahiran dan kejayaan di bidang pelayaran.
Dengan tinggi 17 lantai, menara ini menjadi salah satu gedung kampus tertinggi di Indonesia, menonjolkan keanggunan dan keindahan arsitektur khas yang sarat filosofi lokal.
Menara Pinisi juga dikenal dengan nama Tellu Cappa atau ‘tiga puncak’, yang merujuk pada struktur bangunan yang terdiri dari tiga bagian utama, sesuai dengan konsep kosmologi suku ini.
Desain ini tidak hanya sekadar simbolik, tetapi mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam struktur arsitektural modern.
Bangunan Menara Pinisi mengadopsi filosofi rumah tradisional Makassar yang terdiri dari tiga bagian: kolong (awa bola), badan (lotang), dan kepala (rakkeang).
Ketiga bagian ini juga berhubungan dengan struktur kosmos warisan nenek moyang yang terdiri dari alam bawah, alam tengah, dan alam atas.
1. Bagian Bawah (Kolong/Panggung)
Bagian ini berada sekitar dua meter di atas permukaan jalan, memberikan kesan megah dan terangkat.
Baca Juga: Terkecil di Sumatera Barat, Calon DOB Pecahan Kabupaten Agam Luasnya Hanya 648,56 KM Persegi
Desain Menara Pinisi mengikuti konsep rumah panggung tradisional Bugis-Makassar yang memiliki kolong.
Lantai bawah ini juga menyatu dengan lanskap, memberikan harmoni antara gedung dan lingkungan sekitarnya.
2. Bagian Badan (Podium)
Baca Juga: Masuk RPJPD 2025-2045, Kabupaten Malang Siap Punya Daerah Baru dan 11 Kecamatan Ikut Pindah
Terdiri dari tiga lantai, bagian ini melambangkan tiga bagian pada rumah tradisional Makassar: lotang risaliweng (bagian depan), lotang ritenggah (ruang tengah), dan lontang rilaleng (ruang belakang).
Bagian ini juga bermakna simbol dari tanah dan air, elemen penting dalam budaya Bugis-Makassar.
3. Bagian Kepala (Menara)
Menara setinggi 17 lantai ini merupakan representasi dari layar perahu Pinisi.
Simbolisme angin dan api juga dihadirkan dalam struktur menara, menunjukkan kekuatan elemen alam yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Bugis.
Gedung ini adalah kampus pertama di Indonesia yang menggunakan sistem fasad Hiperbolic Paraboloid, sebuah teknologi arsitektur modern yang memberikan efisiensi energi dan keindahan visual.
Pada malam hari, menara ini memancarkan cahaya yang berkilauan dengan 12 warna berbeda, mewakili 12 fakultas yang ada di UNM.
Gedung megah ini merupakan karya Yu Sing, seorang arsitek muda lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Setelah memenangkan sayembara perancangan arsitektur yang diadakan oleh UNM, Yu Sing bersama timnya di Studio Akanoma merancang Menara Pinisi dengan visi yang kuat: memadukan kearifan lokal Bugis dengan arsitektur kontemporer yang fungsional dan estetis.***