

inNalar.com – Subholding refining dan petrochemical Pertamina, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) tengah menggesa proyek hilirisasi gas.
Sentra hilirisasi gas garapannya terletak di Teluk Bintuni guna mengoptimalkan potensi sumber daya yang tersimpan di tanah Papua Barat.
Digadang proyek hilirisasi garapan KPI ini bakal menjadi pionir inovasi konversi gas ramah lingkungan pertama di Asia Tenggara.
Proyek itu adalah Blue Ammonia. Jadi perusahaan migas nasional ini akan memanfaatkan potensi gas sebesar 90 MMSCFD.
Sumber daya akan diambil dari Tangguh untuk kemudian dikonversi menjadi syngas.
Syngas tersebut akan direaksikan dengan nitrogen agar mampu menghasilkan 875 ribu ton blue ammonia per tahun.
Disebut ramah lingkungan juga karena Proyek Blue Ammonia yang digeliatkan di Papua Barat ini berpotensi turunkan emisi karbon hingga 1,6 juta ton CO2 per tahun.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Taufik Aditiyawarman mengungkap bahwa proyek ini ditarget bakal on-stream pada tahun 2030 mendatang.
Jika proyek ini bisa realisasi dengan lancar tanpa hambatan, akumulasi reduksi emisi gas rumah kaca bisa mencapai totalnya 3,3 juta ton CO2e.
Ditambah lagi nantinya efek domina bagi perekonomian nasional, proyek ini mampu menghemat impor hingga USD 500 juta.
Melansir dari KPI Pertamina, blue ammonia ini diketahui juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan daya listrik bersistem co-firing.
Adapun multiplier effects bagi Papua Barat sendiri, keberadaan garapan ini bisa mendorong kebangkitan perekonomian industri di daerahnya.
Mulai dari serapan lapangan pekerjaan, transfer pengetahuan kepada tenaga kerja lokal guna mendorong penguatan SDM berbasis daerah setempat.
Selain itu juga mendukung pertumbuhan industri petrokimia di daerah tersebut.
Di samping itu, proyek fasilitas Capture, Utilization, and Storage (CCUS) ini juga menjadi agenda penting pemerintah RI.
Baca Juga: Jumlah Laba Bersih Meroket, PT Samator Indo Gas Tbk Catatkan Penurunan Besaran Utang
Pasalnya fasilitas CCUS tidak bisa terpisahkan dengan jalannya Proyek Blue Ammonia di Teluk Bintuni.
Jadi nanti saat proses produksi blue ammonia itu, 80 persen emisi karbon akan diinjeksikan ke fasilitas CCUS tersebut.
Itulah mengapa kedua proyek di Papua Barat ini disebut tidak bisa terpisah satu sama lain.***