Taktik Melawan Kolonial Lewat Tari Serimpi Sangupati, Penari Bawa Pistol dan Miras, untuk Apa Fungsinya?

inNalar.com –  Perlawanan terhadap sikap semena-mena yang diciptakan oleh pihak kolonial tidak selalu dilakukan secara fisik. Tidak jarang kelembutan lewat tarian ditempuh sebagai bentuk sindiran sekaligus taktik. 

Munculnya tarian ini punya hubungan erat dengan kondisi keraton di Solo maupun di Yogyakarta. Dilatarbelakangi kondisi kedua kerajaan yang sama-sama harus menghadapi arogansi pemerintah kolonial Belanda.

Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo sangat menyadari mereka akan kalah jika melakukan perlawanan secara terbuka melalui peperangan.

Baca Juga: Ramadhan 2022, Berikut Jadwal Imsak dan Buka Puasa untuk Kota Palembang dan Sekitarnya Full Sebulan Penuh

Tari serimpi sendiri sebenarnya merupakan tarian sakral yang dahulu hanya dipentaskan oleh kalangan internal keraton.

Kata serimpi merujuk pada makna impi atau mimpi, mengingat jika menyaksikan tari serimpi penonton seperti terbuai alunan musik dan gerak luwes penari, seolah-olah penonton masuk ke dalam dunia mimpi.

Sedangkan kata sangupati itu berarti bekal untuk mati. Oleh sebab itu pistol-pistol yang dipakai untuk menari telah diisi dengan peluru. Apabila dalam perundingan gagal, maka para penari telah siap mengorbankan jiwanya.

Baca Juga: Inilah Lembaga Sekolah Pertama pada Masa Kolonial, Ternyata Didirikan Portugis di Ternate

Munculnya tarian ini tidak lepas dari kegigihan PB IX dalam menentang pemerintahan kolonial Belanda.

Keberanian sikap raja menentang Belanda dilandaskan atas peristiwa yang menyebabkan kematian ayahnya yakni PB VI.

PB VI dihukum mati dengan ditembak Belanda saat menjalani hukuman dibuang keluar Pulau Jawa.

Tarian Srimpi Sangupati ditampilkan dalam acara jamuan antara PB IX dengan tamu dari Belanda.

Baca Juga: Rudy Salim Berhalangan Hadiri Pemeriksaan Soal Kasus Indra Kenz, Polri Jadwalkan Pemanggilan Ulang

Pada saat itu, pemerintah kolonial Belanda memaksa kepada raja agar mau menyerahkan tanah pesisir pulau Jawa kepada Belanda.

Dalam membawakan seni Tari Sangupati, setiap penari selalu melengkapi diri dengan senjata pistol dan minuman keras.

Inilah salah satu keunikan utama dari pertunjukan tarian tersebut.

Senjata pistol ini untuk berjaga-jaga apabila dalam perundingan  ada tentara Belanda yang mengadakan serangan.

Sedangkan minuman keras yang dinamakan gelek inum, merupakan alat untuk mengelabuhi Belanda yang sedang diajak berunding.

Di tengah pertunjukan, para penari Serimpi Sangupati akan memberikan minuman keras tersebut pada pemimpin Belanda.

Baca Juga: Benarkah Umat Islam Dilarang Berkerumun di Masjid saat Lebaran Idul Fitri 2022? Begini Faktanya

Melalui tipu muslihat ini diharapkan mereka akan menyetujui perundingan sesuai kehendak pihak keraton.

Tarian ini dapat dimaknai sebagai keberanian para prajurit putri yang dalam hal ini diwakili oleh penari serimpi itu.

Karena jika siasat itu tercium oleh Belanda, maka yang akan menjadi tumbal pertama adalah para penari tersebut.

Boleh dibilang para penari adalah prajurit di barisan depan yang menjadi penentu berhasil atau tidaknya misi menggagalkan perjanjian. Penari memiliki tugas untuk mengaburkan misi sebenarnya lewat  tarian.***

Rekomendasi