

inNalar.com – Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan Provinsi dengan satwa endemik Komodo terbesar di dunia, provinsi ini mempunyai jumlah penduduk sebanyak 5.325.566 jiwa.
Disebut Negeri titipan tuhan dikarenakan keindahan alam NTT yang memukau dan mampu memikat setiap orang untuk bisa mengunjungi provinsi ini atau bahkan wisatawan yang terhipnotis dengan alamnya
Labuan Bajo yang terletak di Kec. Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bukan hal yang asing terdengar, pulau ini merupakan destinasi wisata yang banyak diminati oleh warga lokal sampai mancanegara.
Baca Juga: Nomer 1 Bukan Muaro Jambi atau Merangin, Inilah 5 Daerah Paling Sibuk di Provinsi Jambi, Apa Saja?
Namun NTT tidak hanya sekedar Labuan Bajo dan satwa endemic yang terbesarnya saja. Banyak kekayaan alam dan budaya yang masih jarang orang ketahui.
Untuk melihatnya lebih lengkap, Simak fakta unik yang ada di NTT
NTT merupakan provinsi dengan keragaman budaya, dan didiami oleh ratusan suku, dan dari setiap sukunya mempunyai beragam corak tenun mereka sendiri.
Diantaranya dalam beberapa jenis, yaitu tenun buna, tenun ikat, dan tenun lotis atau sotis atau songket. Bagi Masyarakat NTT motif pada setiap kain tenun dapat mencirikan asal pemakainya.
Baca Juga: Gubernur Riau Drs. Haji Syamsuar, M.Si Raih Penghargaan Rencana Aksi Daerah (RAD) dari Kemenpora
Hal ini dikarenakan setiap kain itu tergambar kekhasan pada suatu suku atau pulau tertentu. Motif tenun juga digunakan sebagai wujud kehidupan yang bermasyarakat dan ikatan emosional antar masyarakatnya.
Masyarakat NTT akan bangga menggunakan kain tenun asal sukunya, sebaliknya mereka akan merasa malu dan canggung menggunakan tenunan dari suku lain.
Tari Bonet merupakan salah satu tarian yang selalu hadir dalam kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan adat istiadat dan kebiasaan suku Dawan di Nusa Tenggara Timur.
Tari Bonet dikenal dengan ciri khasnya yaitu formasi melingkar serta penggunaan puisi atau pantun yang dalam liriknya mengandung kekayaan sastra lisan suku Dawan.
Tarian ini hampir selalu hadir dalam segala kegiatan dan acara adat masyarakat Dawan seperti ulang tahun, pernikahan, pemakaman, upacara pembangunan rumah, doa memohon hujan, dan lain-lain.
Secara etimologis, kata Bonet berasal dari rangkaian kata dalam bahasa Dawan yaitu Na Bonet yang artinya mengepung, mengepung, mengepung atau melingkari.
Pasola adalah ritual yang dilakukan oleh umat Marapu di Sumba Barat untuk merayakan musim tanam padi.
Pasola merupakan salah satu bentuk ritual penghormatan terhadap Marapu, memohon ampunan, kesejahteraan, dan hasil panen yang melimpah.
Upacara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Februari di wilayah Lamboya dan Kodi, serta pada bulan Maret di wilayah Gaura dan Wanukaka.
Festival dimulai 6 hingga 8 hari setelah hari bulan purnama. Saat itulah pantai selatan menjadi rumah bagi miliaran cacing kecil.
Pemandangan seperti ini pertanda musim pasola telah dimulai.
Pengasapan khas rote merupakan teknik yang dilakukan nenek moyang masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menjaga kualitas daging sapi.
Se’i merupakan salah satu produk olahan daging sapi pengasapan yang merupakan produk olahan khas salah satu kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Timur yaitu kabupaten Rote Ndao.
Se’i berasal dari bahasa Rote yang artinya daging dipotong kecil-kecil, kemudian diasapi di atas bara panas hingga matang.
Se’i merupakan masakan khas suku Rote yang kemudian merambah selera masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT). Produk daging se’i mempunyai ciri dan spesifikasi yang unik.
Aromanya, warnanya merah dan teksturnya lembut serta rasanya enak.
Hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa di wilayah Nusa Tenggara Timur khususnya di kerajaan Ende pulau Flores mempunyai aksara asli daerah yang bernama Lota.
Masyarakat yang paling banyak menggunakan kata Lota pada masa lalu adalah masyarakat Ende yaitu umat Islam. Aksara Lota merupakan keturunan langsung dari aksara Bugis.
Sejarah mencatat Lota masuk ke Ende sekitar abad ke-16, pada masa pemerintahan Raja XIV Goa, I Mangnrangi Daeng Manrabia bergelar Sultan Alaudin (1593-1639).
Kata Lota berasal dari kata lontar. Huruf Lota Ende yang tidak ditemukan dalam bahasa Bugis ada 8 huruf, yaitu bha, dha, fa, gha, mba, nda, gun dan rha.
Sedangkan aksara Bugis yang tidak terdapat dalam aksara Lota Ende berjumlah 6 buah, yaitu ca, nka, mpa, nra, nyca dan nya.
Hiu Bijalungu Paana merupakan ritual adat yang dilakukan oleh warga Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
Upacara berlangsung pada akhir Februari. Tanggal pastinya ditentukan oleh Rato (pemimpin spiritual Marapu) dengan memeriksa tanda-tanda alam dan berdasarkan perhitungan gelap dan terangnya bulan.
Bijal artinya turun atau turun. Sedangkan Hiu Paana adalah nama sebuah hutan kecil. Jadi bijalungu paana shark artinya pergi ke hutan Hiu Paana.
Dinamakan demikian karena puncak upacara silaturahmi desa Waigali sebenarnya berlangsung di dalam hutan, di sebuah gua kecil tak jauh dari desa.
Dalam upacara ini, masyarakat melakukan ritual Kabaena Kebbo (melempar kerbau) dan Teung (membunuh kerbau).
Makna belis dalam perkawinan adat Manggarai merupakan salah satu bentuk pemberian kepada perempuan.
Sebagai balasan atas rasa syukur dan air susu ibu serta sebagai ucapan terima kasih kepada para wanita yang telah menjamin nasabnya.
Penghargaan ini diberikan oleh seorang pria kepada seorang wanita. Tak hanya marah pada perempuan, perempuan pun membalas laki-laki.***