Tak Biasa, Satu Kampung di Lamongan Terkena Kutukan Aneh Berujung Kematian Jika Nekat Melanggar


inNalar.com
– Tak banyak yang tahu, di tengah era digital yang kian menggempur pelosok-pelosok Jawa Timur, sebuah desa di Lamongan justru tetap mempertahankan keyakinan tradisinya.

Desa Medang, Kecamatan Glagah, Lamongan bergeming dengan satu mitos kutukan memakan ikan lele. Larangan ini bukan hanya sekedar pantangan biasa.

Para warga percaya, siapa pun yang melanggarnya akan ditimpa kutukan seperti terkena penyakit gatal-gatal, kulit belang hingga kematian.

Baca Juga: Kemendikdasmen Terapkan Kebijakan Baru Mulai 1 Juli 2025, Siswa Baru yang Mau Daftar SD-SMP hingga SMA Wajib Tahu

Mitos tersebut membuat kampung ini dijaga dengan disiplin kepercayaan yang luar biasa kuat.

Bukan karena mereka tidak tahu zaman sudah berubah, tapi bagi mereka, pengkhianatan terhadap leluhur adalah bentuk nyata dari malapetaka yang dilahirkan sendiri.

Kutukan memakan ikan lele ini berakar dari tokoh legendaris Mbah Boyapatih, murid Sunan Giri.

Baca Juga: Butuhkan Rp 225 Triliun, Jembatan Termahal di Dunia Ini Bisa Satukan Jawa-Sumatera Lewat Lampung

Dalam sejarah, Mbah Boyapatih pernah diselamatkan oleh ribuan ikan lele Ketika dikejar warga karena dituduh mencuri keris.

Ia bersembunyi di dalam tambak, dan tubuhnya diselimuti lele-lele yang justru menjadi pelindung nyawanya.

Semenjak itu, dia bersumpah bahwa dirinya dan semua keturunannya takkan pernah memakan ikan lele.

Baca Juga: Pamor Horeg Memudar, Orkestra Ndarboy Genk Jadi Nafas Baru Hiburan di Yogyakarta

“Wahai ikan lele, karena engkau telah menyelamatkanku, maka aku dan seluruh keturunan ku bersumpah takkan menjadikanmu makanan,” Sumpah Mbah Boyapatih, dikutip dari skripsi yang diterbitkan Universitas Brawijaya tahun 2019 berjudul “Mitos Larangan Makan Ikan Lele di Desa Medang

Kalangan akademisi boleh saja menyebutnya sebagai gugon tuhon, sebagai mitos yang tak bisa dibuktikan logika.

Tapi di Desa Medang, keyakinan ini tak hanya bertahan, tapi menguatkan tatanan sosial.

Menurut telaah Koentjaraningrat, mitos adalah nilai budaya terdalam, yang tak bisa dikikis oleh Waktu atau rasionalitas.

Dan benar saja, di Desa Medang, kutukan makan lele ini justru menjadi pengawas moral paling tegas. Bahkan lebih tegas dari hukum formal.

“Ini (larangan) bukan tiba-tiba ada atau Mbah Mul yang buat. Larangan ini tidak hanya diartikan untuk dikonsumsi saja tapi semua yang berkaitan dengan ikan lele juga dilarang,” ujar Mbah Mul, juru kunci makam Mbah Boyapatih.

Di saat negara sibuk menata struktur sosial dengan program industrialisasi desa dan modernisasi pangan, warga Medang justru mempertahankan apa yang mereka anggap suci.

Dan mereka tak butuh pemerintah untuk melindungi identitasnya, karena kutukan itu jauh lebih menakutkan daripada sekadar kebijakan.