

inNalar.com – Kesultanan Sambas merupakan kerajaan Islam yang rajanya memiliki hubungan darah dengan Kerajaan Sambas yang menganut agama Hindu.
Diperkirakan berdirinya Kesultanan Sambas pada tahun 1630 Masehi.
Kerajaan ini termasuk ke dalam kerajaan Melayu Islam dan berada di Pesisir Provinsi Kalimantan Barat tepatnya atau di sebelah barat laut Pulau Kalimantan.
Baca Juga: Babat 1 Ha Sawah, Kalimantan Utara Miliki Embung Geomembran Pertama yang Dapat Tampung 8.000 m3 Air
Dilansir inNalar.com dari jurnal Medina-Te berjudul Pedagang Melayu di Kesultanan Sambas 1819-1942: Terbangunnya Perdagangan, Relasi dan Jaringan yang ditulis Jaelani Dkk. tahun 2019 menyatakan bahwa komoditi ekspor yang diperdagangkan Kesultanan Sambas meliputi kelapa, sawit, karet, dan gambir.
Gambir menjadi komoditi ekspor yang tergolong baru saat itu. Sebelum tahun 1890 tanaman ini masih dianggap sebagai tanaman liar yang tidak memiliki nilai ekonomis.
Hal tersebut karena tanaman gambir termasuk tumbuhan perdu yang dapat terlihat seperti tanaman semak biasa dan saat masih muda gambir memiliki banyak duri.
Namun sejak etnis China di Seminis dan Montrado memperdagangkan tanaman ini dengan penduduk lokal di Sambas, mulailah gambir ditanam.
Gambir baru diizinkan oleh Sultan Sambas baru untuk ditanam secara massal pada tahun 1893.
Meski tidak ada data yang dapat mendukung perkebunan mana saja di Sambas yang pernah menjadi tempat Kesultanan Sambas mengizinkan pertanian gambir, namun pada tahun 1905 pabrik pengolahan gambir milik Belanda di Sambas sudah ada hingga mencapai 126 pabrik.
Setiap pabrik gambir tersebut mampu memperkerjakan rata-rata 8 orang per hari atau setara dengan 1000 orang jika dihitung secara keseluruhan.
Produksi Gambir di Sambas juga pernah mencapai 1.556 ton di tahun 1916 dan tidak hanya dijual ke daerah lain seperti Bali, Makassar, dan Manado. Namun juga sampai ke tanah Singapura.
Gambir diperdagangkan sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna maupun sebagai pelengkap untuk menikmati dan memamah sirih.
Tanaman gambir memiliki kandungan antioksidan atau katekin yang bagus untuk kesehatan, selain itu juga bermanfaat untuk merangsang keluarnya getah empedu sehingga dapat memperlancar proses pencernaan.
Gambir juga dikenal sebagai obat herbal alami dan dicampur ke dalam komposisi berbagai obat untuk mengatasi penyakit disentri, sariawan, ataupun campuran obat kumur.
Tempat yang cocok untuk menanam gambir setidaknya diantara 100 hingga 500 mdpl dengan kondisi curah hujan sekitar 3.000-3.353 mm per tahun.
Selain Kesultanan Sambas, gambir juga diperdagangkan kerajaan lain di masa lalu termasuk kerajaan Maluku di abad ke-18.***