
inNalar.com – Sematan yang disandang oleh Indonesia, ‘Negeri Seribu Pulau’ yang menyimpan berjuta pesona— termasuk ragamnya suku Melayu hingga suku Mongoloid yang notabene-nya ras asli bangsa ini.
Namun, siapa yang sangka bahwa ada suku di Sulawesi Tenggara yang punya ciri fisik menyerupai Bangsa Kaukasia?
Penasaran? Mungkin banyak dari Anda yang belum tahu, bahwa ada suku di Indonesia yang berperawakan seperti Bangsa Kaukasia. Keunikan ini bisa ditemukan di suku Buton—tepatnya di Desa Kaimbulawa, Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Baca Juga: Mengenal Proses Pembuatan Uang Specimen
Melansir publikasi resmi bulselkab.bps.go.id dalam ‘Kecamatan Siompou dalam Angka Siompu District in Figure 2024’, tercatat bahwa Desa Kaimbulawa memiliki luas wilayah 6,01 km2, yang mana dihuni sejumlah 972 jiwa penduduk.
Suku Buton di Desa Kaimbulawa ini hidup di pesisir Pantai yang luar biasa indah—lanskap alamnya penuh dengan perbukitan dan tebing batu karang yang menjulang. Selain punya kenampakan alam indah, beberapa dari mereka juga dibekali ciri fisik yang serupa dengan Bangsa kaukasia Eropa.
Meskipun tidak semua penduduk Buton ber-skin tone putih, namun mereka berpostur tinggi besar, berambut pirang, bahkan punya warna mata biru. Hal ini sering identik dengan Bangsa Kaukasia, kan?
Menyadur konten Youtube Nuno Rahman, penemu suku Buton ini yang mendiami Provinsi Sulawesi Tenggara ini adalah La Ode Yusrie tahun 2006 lalu, bertepatan ketika dirinya hendak melangsungkan riset pemetaan bahasa di Pulau Siompou.
Diceritakan olehnya, bahwa di sela-sela risetnya dengan tim, beliau menemukan satu fenomena unik di pedesaan Sulawesi Tenggara, yaitu anak yang punya bulatan mata biru.
Berangkat dari rasa penasaran atas silsilah gadis mata biru ini, beliau kemudian mengorek habis semua pustaka sejarah—bertepatan ketika dirinya hendak memulai misi penelitian dan inventarisasi benteng di Pulau Siompu pada tahun 2017.
Baca Juga: Sekolah Atlet Pro Sambil Belajar Agama? Pesantren Sepak Bola di Kendal, Jawa Tengah Ini Unik Banget
Usut punya usut, setelah melakukan penelusuran singkat, ditemukan fakta bahwa kawasan ini dulunya punya hubungan erat dengan Bangsa Eropa, lho! Ternyata, Pulau Siompu ini menjadi target pencarian rempah Portugis di abad ke-15 silam.
La Ode Yusrie menyebutkan bahwa dirinya telah merajut kasus-kasus yang telah ada, seakan merangkai keping puzzle yang tersimpan jutaan misteri terpendam, tentang anak bermata biru yang dulu pernah ditemuinya pada tahun 2006, apakah jejak megah rempah Portugis ini bisa memecahkan teka-teki ini?
Beliau juga bercerita tentang pertemuan singkatnya dengan Umar, salah seorang pedagang di Pulau Siompu. Berkat perkenalannya itu, La Ode Yusrie berhasil bertemu dengan anak kecil bermata biru yang ditemuinya di tahun 2006 silam, gadis kecil bernama Ariska Dala.
Singkat cerita, Ariska Dala adalah anak dari La Dala, warga Desa Kaimbulawa. Perjuangan La Yusrie untuk memecahkan misteri mata biru ala orang Eropa ini dipenuhi halang rintang yang luar biasa, karena keluarga La Dala sering mendapat stigma yang tidak baik dari para warga dan termarjinal—bahwa anugerah mata biru mereka adalah kutukan dari Sang Kuasa.
Dari semua nasab sejarah yang dibeberkan La Dala, La Ode Yusrie menggarisbawahi manuskrip penting, perihal kisah dari Bangsa Portugis pada abad ke-15 yang menikahi gadis bangsawan dari Kesultanan Buton bernama Waindawula. Ini adalah awal mula, suatu penyebab dan alasan Suku Buton punya mata biru laksana orang Eropa.
Baca Juga: Dihargai Dua Kali Lipat! Bongkar Karakteristik Uang 10.000 Rupiah Lama Cut Nyak Dhien Tahun 1998
Sebagai budayawan sejati, beliau dengan gagahnya mulai mengenalkan Ariska Dala ke masyarakat, dengan membeberkan fakta yang mengakar pada garis sejarah, perihal mengapa Suku Buton ini punya perawakan khas yang berbeda dengan suku Indonesia lainnya.
Jika dulunya stigma negatif melekat erat masyarakat, kini pandangan negatif tentang Suku Buton di Sulawesi Tenggara ini sudah sepenuhnya luntur berkat La Ode Yusrie. Jika dulu termarjinal, kini mereka telah hidup dengan penuh kedamaian. ***