Sukses di Dunia Militer, Ternyata Soeharto Pernah Mengabdi Pada Belanda dan Jepang, Bagaimana Kisahnya?

inNalar.com – Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto memiliki background sebagai anggota militer.

Sebelum dilantik sebagai Presiden, Soeharto merupakan anggota militer aktif dengan pangkat Mayor Jenderal.

Dilansir inNalar.com dari tni.mil.id, di dunia internasional terutama di Barat, Soeharto dijuluki ‘The Smilling General’.

Baca Juga: Soeharto Berkuasa Selama 32 Tahun, Siapakah Sesungguhnya Sosok Ibunda Presiden ke-2 Republik Indonesia Itu?

Julukan tersebut disematkan ke Soeharto lantaran raut mukanya yang selalu tersenyum di hadapan pers.

Soeharto mengawali karir militernya pada tahun 1940 pada saat ia diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa tengah.

Pada saat usia 32 tahun, Presiden ke-2 Indonesia ini dipindah tugaskan ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel.

Baca Juga: Menguak Jejak ‘Petrus’, Cara Penegakkan Keadilan Ala Pemerintahan Soeharto, Pelanggaran Terhadap HAM!

Kemudian, pada tahun 1956 ia diangkat menjadi Kepala Staf Panglima tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang.

Soeharto juga pernah merangkap jabatan sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad dan sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Beograd, Paris.

Namun, keberhasilannya di dunia Militer ternyata Soeharto pernah mengabdi pada Belanda dan Jepang.

Baca Juga: Privilege Soeharto saat Jadi Bawahan Bisa Tangkap Jenderal Bintang 2, Ternyata Ini Sosok Bekingannya

Soeharto memutuskan mendaftar ke KNIL setelah sebelumnya septa mempertimbangkan pilihannya untuk masuk ke dalam barusan Angkatan Laut Belanda.

Sebagai informasi, KNIL merupakan Angkatan Bersenjata Hindia-Belanda.

Kemudian, Soeharto pun memulai latihan militernya sebagai anggota KNIL pada tahun 1940.

Selanjutnya, Soeharto juga pernah menjadi anggota PETA yang merupakan bentukan Jepang.

Sebagai informasi, PETA adalah angkatan pertahanan yang dibentuk pada Oktober 1943.

Alasan Soeharto bergabung dengan PETA ini adalah murni bermotif oportunis untuk melanjutkan karir militernya yang sempat terhambat.***

 

Rekomendasi