

inNalar.com – Dari tahun ke tahun tuntutan hidup seperti tidak pernah berhenti mendorong manusia untuk memenuhi segala hasrat dan keinginannya.
Berbagai macam tawaran dan alat pemuas silih berganti memenuhi setiap jengkal aktivitas manusia. Apa saja yang dibutuhkan oleh masing-masing individu pasti tersedia dengan berbagai macam pilihan.
Tak terkecuali bagi ibu rumah tangga yang sehari penuhnya didedikasikan untuk anak dan suami. Seiring dengan kebutuhan yang terus meningkat terkadang keinginan untuk membantu meringankan beban suami terlintas di benak mereka.
Baca Juga: Sering Melihat Bangunan Kuno Ala Belanda? Ketahuilah Itu Adalah Arsitektur Indis
Wajar jika memiliki pemikiran seperti itu. Karena kehidupan terus memaksa kita untuk terus mengikuti segala perkembangannya.
Sebagai konsukensi sebuah pilihan tentu ada saja hal yang harus dikorbankan. Ketika seorang ibu rumah tangga telah memilih jalan untuk turut bekerja demi menambal kebutuhan hidup, ada hal lain yang mesti sang ibu relakan.
Disamping euforia yang dirasakan karena berhasil menjadi ibu rumah tangga yang berpenghasilan, ada kerinduan dalam batin karena terbiasa melalui hari-hari bersama canda tawa Si Kecil.
Ingin rasanya di rumah saja menunggu jatah belanja dari suami tercinta namun apa daya harga popok dan susu anak kian melonjak. Cukup tidak cukup seorang ibu rumah tangga harus bisa mengatur segala pengeluaran rumah tangga setiap bulannya.
Namun berbagai macam cicilan yang memusingkan terus memenuhi billing tagihan. Seringnya sang ibu memangkas segala keinginan pribadinya demi melunasi tetek bengek urusan rumah tangga.
Belum lagi harga susu dan popok anak yang bikin “ngelus dada”. Sebagai alternatif pilihan, jadilah sang ibu ikut memutar otak bagaimana cara menutupi semua biaya tersebut. Dan menjadi ibu pekerja adalah pilihannya.
Ketika semangat mulai membara karena baru saja diterima kerja di perusahaan yang diidamkan, sang ibu harus kembali dirundung dilema untuk membagi waktu antara anak dan pekerjaan. Siapa yang tidak senang ketika perusahaan memilih kita sebagai karyawannya?
Baca Juga: 5 Kutipan dalam Bahasa Inggris Tentang Relationship Ini Makjleb Banget
Terbayang gaji yang ditawarkan bakal bisa memenuhi segala kebutuhan pokok yang harganya sudah gila-gilaan.
Namun ketika menengok ke belakang, ada Si Kecil yang terpaksa harus dititipkan kepada orang yang dipercaya dari pagi hingga petang. Lagi-lagi sang ibu galau karena dihadapkan kembali dengan dua pilihan. Anak atau pekerjaan.
Menjadi perempuan memang tidak mudah. Apalagi jika sudah menikah dan memiliki anak. Namun pilihan tersebut kembali kepada masing-masing ibu.
Baca Juga: Ketahui Durasi Karantina dan Isolasi untuk Pasien Omicron, Kemenkes Keluarkan Surat Edarannya
Apakah siap jika harus memilih sebuah pilhan dengan konsekuensi mengorbankan hal lain.
Pilihan apa pun yang ditentukan, tentu sudah melewati pertimbangan yang matang. Tinggal dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab agar tidak ada yang merasa dirugikan.***