Spektakuler! Warga Jombang Punya Tradisi Unik Lebaran Paling Beda di Jawa Timur Loh

inNalar.com – Di tengah riuh rendah perayaan lebaran, warga Jombang punya tradisi unik mereka untuk menutup rangkaian kemeriahan.

Beda dari kebanyakan masyarakat di Jawa Timur, momen sakral ini bukan sekadar silaturahmi atau pesta makanan, mereka punya cara spektakuler dengan menerbangkan balon udara raksasa.

Bagi masyarakat Jombang, apa gunanya menutup perayaan kalau tidak dilakukan dengan sesuatu yang bisa membuat jantung berdegup kencang dan langit penuh warna-warni?

Baca Juga: Harga Bahan Pangan di Jakarta Selatan Meroket Jelang Lebaran, Begini Pendapat Bapanas

Kebiasaan ini sudah berlangsung turun-temurun di Desa Bandung, Kecamatan Diwek, dan berbagai daerah lainnya di Jombang.

Setiap tahun, sekitar tujuh hari setelah Idul Fitri—di momen yang dikenal sebagai Lebaran Ketupat.

Warga dengan penuh semangat bekerja sama menerbangkan balon raksasa yang mereka buat dengan penuh ketelatenan.

Baca Juga: Bikin Merinding! Ritual Sakral Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta Jadi Ajang Rebutan Gunungan

Ada yang berhasil melayang dengan gagah, ada pula yang hanya berhasil jatuh dengan dramatis dan hampir menimpa rumah warga.

Tapi bukankah seni dari tradisi unik ini adalah ketegangan yang menyertainya? Menerbangkan balon udara bukan perkara murah. Satu balon bisa menelan biaya hingga Rp1,5 juta.

Namun, demi menyaksikan langit dipenuhi balon warna-warni yang melayang bagai impian yang hampir terlupakan, siapa peduli soal biaya? Toh, uang bisa dicari lagi, tapi momen seperti ini hanya datang setahun sekali.

Baca Juga: Dihujani Pertanyaan Nyinyir Saat Lebaran? Begini Trik Jitu dan Counter Attack yang Elegan!

Di Desa Ngumpul, Kecamatan Jogoroto, warga juga punya kebiasaan yang sama. Namun, kali ini ada bumbu tambahan: aksi kejar-kejaran dengan aparat kepolisian.

Rupanya, tradisi unik warga Jombang ini dianggap berbahaya karena bisa mengganggu lalu lintas udara. Warga pun terpaksa menerbangkan balon secara sembunyi-sembunyi, seolah-olah mereka sedang melakukan operasi rahasia.

Meski begitu, tidak sedikit balon yang berhasil mengudara, sebelum akhirnya jatuh kembali ke bumi dan sering kali menjadi rebutan anak-anak yang melihatnya jatuh dari langit.

Namun, perayaan ini tak selalu berjalan mulus. Tahun lalu, polisi memutuskan untuk memberhentikan penerbangan balon udara secara paksa. Alasannya? Yap! Keamanan.

Karena tentu saja, langit bukan tempat yang bebas hambatan, dan balon-balon ini bisa saja mengancam penerbangan pesawat atau menyebabkan kebakaran jika jatuh di tempat yang salah.

Baca Juga: 5 Aktivitas Penting di Rest Area Ini Sering Dianggap Sepele saat Mudik Lebaran 2025, No. 3 Rugi Kalau Gak Diintip!

Seorang warga bahkan kedapatan sedang bersiap menerbangkan balon raksasa, hanya untuk melihatnya langsung disita dan dibawa ke kantor polisi. Betapa tragisnya nasib balon yang tidak sempat menikmati kebebasan di angkasa.

Jadi, pertanyaannya sekarang: Haruskah kita melestarikan tradisi ini meski ada risiko yang menyertainya? Apakah balon-balon ini hanyalah simbol dari kebersamaan dan sukacita, atau justru menjadi potensi bencana yang terabaikan?

Mungkin, jawabannya bergantung pada sudut pandang kita. Tapi satu yang pasti, selama masih ada warga Jombang yang bersemangat, tradisi ini tidak akan benar-benar hilang.

Baca Juga: Jalanan Jakarta Makin Lega, Daerah di Yogyakarta Ini Bersiap Sambut 2 Juta Pemudik saat Libur Lebaran 2025

Bagi mereka, langit bukan sekadar ruang kosong, melainkan kanvas tempat mereka melukis kegembiraan lebaran dengan warna-warna impian. ***