Sosok dr Marwan Al Sultan, Direktur Rumah Sakit RI di Gaza Tewas Dibom Pasukan Israel


inNalar.com
– Indonesia berduka. Dunia medis kehilangan salah satu putra terbaiknya setelah dr Marwan Al Sultan, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, tewas dalam serangan udara pasukan Israel.

dr Marwan Al Sultan menjadi tenaga kesehatan ke-70 yang gugur hanya dalam 50 hari terakhir, memperburuk kondisi Palestina yang memang telah porak poranda akibat agresi militer.

Menurut The Guardian, dr Marwan Al Sultan bukan sosok biasa. Ia merupakan satu dari dua dokter spesialis jantung terakhir yang masih bertahan di Jalur Gaza.

Baca Juga: Dokter Tifa Tak Kapok Komentari Jokowi Meski Sempat Diteror OTK hingga Anak Ikut Terseret

Pengalamannya selama puluhan tahun telah menyelamatkan ribuan nyawa warga Palestina, bahkan ketika fasilitas dan perlengkapan medis sangat terbatas akibat blokade.

“Kematian dr Marwan adalah bencana besar, bukan hanya untuk Gaza tetapi bagi seluruh komunitas medis. Ia tak tergantikan,” ujar dr Mohammed Abu Selmia, Direktur Rumah Sakit al-Shifa, seperti dikutip dari The Guardian.

Menurut Healthcare Workers Watch (HWW), sebuah organisasi medis Palestina, dr Marwan dibunuh bersama anggota keluarganya dalam serangan udara Israel terbaru.

Baca Juga: PANAS! PDIP Keras Semprot Fadli Zon soal Tragedi Pemerkosaan Massal Mei 1998: Statement Anda, Melukai Kami Semua

Tragedi ini hanyalah satu dari deretan panjang serangan terhadap tenaga medis di Gaza. HWW mencatat setidaknya 1.400 tenaga kesehatan tewas sejak Oktober 2023.

Jumlah itu mencakup dokter, perawat senior, bidan, teknisi radiologi, hingga mahasiswa kedokteran.

Ironisnya, bahkan momen suci seperti hari raya Idul Fitri pun tak luput dari tragedi. Pada 6 Juni lalu, sembilan tenaga medis dilaporkan tewas saat sedang berlindung bersama keluarga mereka.

Baca Juga: PP Gaji Pensiunan PNS Disahkan Sri Mulyani, Cek Besaran yang Diterima Golongan 1 Sampai 4 di Seluruh Indonesia pada Juli 2025

Fares Afana, kepala layanan ambulans Gaza utara, menjadi saksi duka mendalam ketika putranya yang juga seorang paramedis, Bara’a, tewas dalam serangan artileri.

Bara’a saat itu tengah merawat korban luka di sebuah gedung apartemen ketika gedung itu diserang kembali dan menghancurkan segalanya.

“Mereka sengaja dibidik,” ujar Fares dengan getir.

“Jika dunia bereaksi keras sejak awal terhadap penargetan tenaga medis, mungkin ini semua tidak akan terus terjadi.”

Laporan Insecurity Insight menunjukkan bahwa banyak tenaga medis dibunuh saat bertugas di rumah sakit, saat mengangkut pasien, atau bahkan saat berada di tempat penampungan.

Lebih dari 300 tenaga kesehatan Palestina saat ini juga dilaporkan masih berada di penjara Israel tanpa dakwaan, sebagian mengalami penyiksaan dan penganiayaan fisik.

Tragedi tewasnya dr Marwan ini cukup mengguncang RS Indonesia yang berada di jalur Gaza.

Medglobal, organisasi medis berbasis di AS, menyebut bahwa puluhan dokter senior kini ditahan, termasuk dr Hussam Abu Safiya, Direktur RS Kamal Adwan, yang ditangkap sejak Desember 2024.