

inNalar.com – Ir Soekarno adalah sosok presiden pertama Indonesia yang juga berperan sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia.
Sebagai Presiden pertama, nama Ir Soekarno sangatlah dikenal bagi seluruh rakyat Indonesia.
Meskipun begitu, tidak banyak yang tahu bagaimana nasib Ir Soekarno di akhir masa kepemimpinannya.
Baca Juga: BMKG Laporkan Wilayah Keerom Papua Diguncang Gempa Bumi M 7.1, Begini Rilis Resminya
Sebelum turun dari jabatannya, ternyata ada kisah pilu yang terjadi pada Presiden pertama Indonesia ini.
Dilansir inNalar.com dari akun Youtube Tukang Kliping, kisah Ir Soekarno di akhir masa kepemimpinannya sebagai presiden cukup menyedihkan.
Hal ini karena pada suatu pagi di Istana Merdeka, Presiden pertama Indonesia ini meminta kepada pelayan untuk disiapkan roti bakar sebagai sarapan.
Namun, pelayan menjawab jika di Istana Merdeka tidak ada roti.
Mendengar jawaban itu, Soekarno meminta pisang sebagai gantinya. Sayangnya, jawaban yang sama masih diberikan oleh pelayan.
Karena mendapat jawaban yang sama, akhirnya, Presiden pertama Indonesia ini meminta untuk diberikan nasi dengan kecap saja.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Pertama yang Terlihat Akan Membongkar Sifat Asli yang Jarang Disadari
Namun, tetap saja, pelayan Istana Merdeka mengatakan jika tidak ada nasi disana.
Akhirnya, Ir Soekarno berpindah ke Bogor untuk mendapatkan sarapan.
Sebagai Presiden Indonesia saat itu, Ir Soekarno bisa mendapatkan sarapan apabila dia menggunakan kekuasaannya untuk menyuruh pelayan membawakan makanan yang dia mau.
Namun, menurut keterangan dari mantan ajudan dan kepala protokol pengamanan presiden menjelaskan jika Presiden pertama RI ini tidak ingin melawan kesewenang-wenangan terhadap dirinya.
Setelah itu, Ir Soekarno berbicara empat mata dengan Mayjen Soeharto.
Selanjutnya, Presiden pertama RI ini turun dari jabatannya dan digantikan oleh Presiden kedua RI, Presiden Soeharto.
Kejadian ini, berlangsung di hari saat kejadian G30S PKI terjadi. Karena itu, mantan ajudan dan kepala protokol pengamanan presiden ditangkap dan dipenjara selama kurang lebih lima tahun.
Bahkan, saat dia berhasil bebas dari penjara pun, dia diwajibkan untuk mendapat surat keterangan dari polisi militer agar tidak dituduh sebagai anggota PKI.
Pada saat itu, dugaan muncul bahwa kegiatan G30S PKI terjadi karena kudeta dari para pengawal istana.***