Sering Gonta-Ganti Kurikulum, Ini Dia Tantangan Pendidikan Indonesia yang Sebenarnya

inNalar.com – Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dalam proses berkembang, maka tidak heran kurikulum negeri kita sering sekali berubah.

Sejak kemerdekaan, Indonesia telah mengubah program pembelajaran sebanyak 12 kali, mulai dari kurikulum tahun 1947 sampai saat ini kita mengenal, Kurikulum Merdeka.

Namun, adanya pedoman pembelajaran ini nyatanya masih belum berhasil mengubah wajah edukasi negeri kita menjadi lebih baik. Lalu, apa sebenarnya yang menjadi tantangan dunia pendidikan Indonesia?

Baca Juga: Jadi Sekolah Terbaik di Jember, 15 SD Ini Punya Potensi Diserbu Para Murid Saat PPDB 2025

Menurut Doni Koesoema, melalui kanal Youtube Pendidikan Karakter Utuh, ada beberapa tantangan yang akan dihadapi dunia edukasi negeri kita.

Pertama, Pemerintah RI akan membuat rancangan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) yang perlu kita kawal bersama agar pembaruan sistem belajar-mengajar yang bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kedua, dunia pembelajaran dan pengajaran negeri kita pun harus menghadapi tantangan-tantangan lain untuk menuju Indonesia emas pada tahun 2045.

Baca Juga: Daftar 17 SMP dan SMA Terbaik di Gresik Jawa Timur Buat Rujukan PPDB 2025

Ketiga, negara kita masih memiliki kesenjangan kualitas antar daerahnya. Sekolah di pulau Jawa memiliki sistem manajemen pembelajaran yang dipandang lebih bagus daripada sekolah di luar Jawa, khususnya wilayah Timur RI.

Keempat, pendidikan Indonesia saat ini harus dihadapkan dengan dampak negatif dari penggunaan gadget dan berbagai kemajuan teknologi lainnya.

Banyak dari anak-anak saat ini sudah terlalu candu dengan adanya alat bantu gadget. Pasalnya, penggunaan teknologi ini realitanya bukan hanya digunakan untuk suatu hal yang bermanfaat.

Baca Juga: Ini Alasan Indonesia Masih Tertinggal Jauh Soal Publikasi Imiah Scopus, Meski Punya Banyak Universitas

Dalam beberapa temuan, banyak anak-anak saat ini yang sudah kecanduan pornografi, game online, bahkan judi online.

Hal ini mereka dapatkan karena diberi akses untuk menggunakan gadget dengan bebas. Kecanduan gadget inilah yang menjadi salah satu hambatan besar bagi kemajuan pendidikan Indonesia.

Perlu adanya pengawasan bahkan larangan penggunaan gadget pada usia tertentu. Seperti hal nya di Australia, pemerintah melarang penggunaan gadget bagi anak umur dibawah 18 tahun.

Tetapi, rasanya akan begitu susah jika kita hanya mengandalkan dari kebijakan pemerintah saja.

Seperti yang dikatakan Mendikdasmen Abdul Mu’ti yaitu gotong royong semesta, hal ini memiliki arti bahwa kita semua bertanggung jawab untuk membangun pendidikan Indonesia menjadi yang lebih baik.

Demikian informasi mengenai tantang yang akan dihadapi oleh pendidikan Indonesia, mari kita saling gotong royong untuk membangun pendidikan Indonesia menuju lebih baik. ***