Seret Progres 47 Tahun, Pengembangan Migas di Blok East Natuna Kepulauan Riau Masih Sepi Peminat Meski Simpan Sumber Daya 46 Tcf, Penyebabnya…

inNalar.com – Kementerian ESDM blak-blakan mengenai kondisi Wilayah Kerja (WK) Blok East Natuna di Kepulauan Riau.

Diketahui, pihak pemerintah telah membuka lelang Blok Natuna D-Alpha pada acara Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition ke-47.

Kegiatan tersebut telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2023 lalu beriringan dengan sejumlah wilayah kerja migas lainnya yang masuk dalam kegiatan lelang tersebut.

Baca Juga: Kuasai 4.071 Menara di Jawa Barat, Pendapatan Perusahaan Infrastruktur Telekomunikasi Digital Terbesar se-Asia Tenggara Ini Melonjak hingga…

Namun sayangnya Blok Natuna D-Alpha yang sudah terkatung-katung hampir setengah abad ini masih saja sepi peminat.

Meski begitu, Kementerian ESDM memastikan akan ada lelang ulang untuk blok migas yang satu ini.

Sebelumnya ada satu pihak yang telah menunjukkan minatnya untuk mengelola blok tersebut.

Baca Juga: Masuk Anggaran Rp11,44 Triliun, IPA Sepaku Semoi di Penajam Paser Utara Bakal Dilengkapi 2 Reservoir Berkapasitas Jumbo, Intip Progresnya

Namun akhirnya peminat tersebut memilih untuk tidak melanjutkan partisipasi lelang dikarenakan satu dan lain hal.

Koordinator Pokja Pengembangan WK Migas Konvensional Ditjen Migas Ma’ruf Affandi pun membeberkan secara gamblang penyebab blok migas ini masih seret peminat.

Salah satu tantangan terbesar dari WK migas ini meski simpanan cadangannya melampaui Blok Masela adalah karena kandungan karbon dioksida yang sangat besar.

Baca Juga: Penjualan Turun Drastis, Jumlah Laba Bersih PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DPNS) Merosot, Beban Pokok Penjualannya…

Lebih lanjut Ma’ruf Affandi mengungkap bahwa kandungan CO2 pada blok migas itu mencapai 72 persen.

Sehingga pengelolaan nantinya akan sangat membutuhkan investasi yang sangat besar.

Ternyata selain permasalahan kandungan karbon dioksida yang tinggi, wilayah kerja yang berada di perbatasan agaknya membuat para peminat menahan diri.

Baca Juga: Banyak ‘Kolam Mini’, Jalan di Area Terminal Bubulak Bogor Seluas 8.000 M2 Ini Bakal Diintervensi PUPR, Tak Kunjung Diperbaiki Ternyata Karena…

Pasalnya wilayah yang berada di perbatasan luar Indonesia tersebut rawan permasalahan yang sifatnya politis.

Sedikit informasi mengenai Blok Natuna D-Alpha di Kepulauan Riau ini luas lapangannya mencapai 10.291,03 kilometer persegi.

Adapun potensi sumber daya gasnya diproyeksikan bakal 2,5 kali lebih mengganda dari Blok Masela.

Baca Juga: Potensi Panas Bumi 572 MWp, PT Semen Indonesia Tbk Kongsi Bareng PLN Buat Realisasi Proyek Panel Surya di Pabrik Tuban Jawa Timur

Potensi sumber daya blok migas ini diketahui mencapai 46 triliun kaki kubik (Tcf), sehingga wilayah kerja tersebut terbilang paling besar di kawasan Blok East Natuna.

Jadi Blok East Natuna ini terbagi menjadi tiga wilayah kerja dengan D-Alpha yang menjadi lapangan gas terbesarnya.

Historinya, lapangan migas ini ditemukan pada tahun 1973, tetapi sampai sekarang blok tersebut masih belum menemukan jodoh pengelola wilayah kerjanya.

Baca Juga: Dipasok Mesin dari Denmark, TPST Senilai Rp84 Miliar di Cilacap Ini Sulap Sampah Jadi Bahan Bakar Guna Pasok Pabrik Semen Terbesar se-Asia Tenggara

Sedikit informasi, blok ini awalnya dikelola oleh Exxon hingga tahun 1980. Oleh karena dirasa tidak ada perkembangan signifikan, pada tahun 2007 akhirnya kontrak pun dihentikan.

Setahun kemudian PT Pertamina mengambil alih pengelolaan bersama dengan Petronas, Exxon, dan Total.

Baca Juga: AS Hengkang China Datang, Anak Usaha PT Bumi Resources di Kutai Timur Ini Putar Arah dari Gasifikasi Batu Bara DME Menjadi…

Namun kemudian Petronas akhirnya digantkan oleh PTT Exploration and Production pada tahun 2012.

Hingga akhirnya konsorsium pengelola pun bubar lima tahun kemudian dengan menyisakan PT Pertamina.***

Rekomendasi