

InNalar.com – Salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan sumber daya mineralnya adalah Maluku Utara.
Tapi tidak hanya itu, ternyata daerah tersebut juga jadi pionir sebagai pabrik nikel pertama di Indonesia.
Bahkan tempat pengolahan mineral itu juga diklaim jadi yang terbesar di dunia.
Bagaimana tidak, produksi yang dimiliki dari tempat pengolahan ini saja mencapai 240 ribu ton per tahun.
Adapun yang mengelola tempat pengolahan mineral itu adalah PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL) yang juga perusahaan afiliasi bisnis dari PT Trimegah Bangun Persada Tbk, grup Harita Nickel.
Sementara itu, tempat pengolahan mineral ini terletak di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.
Sebenarnya lebih tepat menyebutkan jika pabrik nikel ini merupakan tempat pengolahan nikel sulfat.
Dilansir InNalar.com dari hpalnickel, nikel sulfat merupakan satu bahan penting yang digunakan dalam menyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik.
Tentu dengan adanya tempat pembuatan bahan baterai listrik ini membuat hasil mineral di Indonesia akan memiliki nilai lebih, karena sudah diolah terlebih dahulu.
Ditambah tempat pengolahan mineral ini juga sudah resmi beroperasi sejak 23 Juni 2021.
Meski sudah beroperasi sejak 2021, namun peresmian dari tempat penghasil bahan baterai kendaraan listrik ini baru baru diresmikan pada 31 Mei 2023 kemarin.
Walau begitu, ternyata satu bulan kemudian pada bulan Juni hasil olahan nikel sulfat tersebut sudah dilakukan ekspor.
Menariknya, ekspor yang dilakukan pada 16 Juni kemarin merupakan pertama kalinya dalam sejarah Indonesia mampu melakukan pengiriman nikel sulfat ke luar negeri.
Pada saat melakukan ekspor tersebut, terdapat 290 kontainer yang berisi 5.584 ton nikel sulfat siap dikapalkan ke China.
Hasil nikel sulfat yang dikirimkan itu nantinya akan digunakan dalam produksi baterai lithium dengan kandungan nikel yang tinggi.
Apalagi sekarang juga mulai banyak kendaraan listrik, sehingga baterai litium jenis seperti ini akan semakin banyak digunakan.
Sebagai tambahan, nantinya pabrik yang berada di Maluku Utara ini juga akan memiliki target untuk mengirimkan sekitar empat kapal agar dapat memenuhi target permintaan produksi nikel sulfat.
Maka tak heran jika pabrik nikel sulfat ini diklaim jadi yang terbesar di dunia, sekaligus jadi pionir pabrik nikel di Indonesia.
Apalagi pembangunannya juga menyerap investasi yang sangat besar, karena mencapai USD 1,06 miliar.
Jumlah tersebut sama dengan Rp14,8 triliun jika dikonversikan ke mata uang Indonesia. ***