Serap Rp15 Triliun! Maluku Utara Cetak Sejarah Usai Punya Pabrik Nikel Terbesar, Tapi Produksinya Cuma…

InNalar.com – Salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan sumber daya mineralnya adalah Maluku Utara.

Tapi tidak hanya itu, ternyata daerah tersebut juga jadi pionir sebagai pabrik nikel pertama di Indonesia.

Bahkan tempat pengolahan mineral itu juga diklaim jadi yang terbesar di dunia.

Baca Juga: Megaproyek Rp45 Miliar Diduga Pakai Barang Bekas! Pembangunan Bandara Internasional di Maluku Utara Tak Sesuai Standar?

Bagaimana tidak, produksi yang dimiliki dari tempat pengolahan ini saja mencapai 240 ribu ton per tahun.

Adapun yang mengelola tempat pengolahan mineral itu adalah PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL) yang juga perusahaan afiliasi bisnis dari PT Trimegah Bangun Persada Tbk, grup Harita Nickel.

Sementara itu, tempat pengolahan mineral ini terletak di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.

Baca Juga: Telan Dana Rp51 Miliar, Jembatan di Karawang Sepanjang 130 Meter Ini Akhirnya Diresmikan, Tahan Beban Kendaraan Hingga 8 Ton

Sebenarnya lebih tepat menyebutkan jika pabrik nikel ini merupakan tempat pengolahan nikel sulfat.

Dilansir InNalar.com dari hpalnickel, nikel sulfat merupakan satu bahan penting yang digunakan dalam menyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik.

Tentu dengan adanya tempat pembuatan bahan baterai listrik ini membuat hasil mineral di Indonesia akan memiliki nilai lebih, karena sudah diolah terlebih dahulu.

Baca Juga: Kuras Rp2,26 Triliun, Proyek Bendungan di Gorontalo Ini Diramalkan Mampu Tangkal Banjir 414 M3 per Detik, Rampung 2024?

Ditambah tempat pengolahan mineral ini juga sudah resmi beroperasi sejak 23 Juni 2021.

Meski sudah beroperasi sejak 2021, namun peresmian dari tempat penghasil bahan baterai kendaraan listrik ini baru baru diresmikan pada 31 Mei 2023 kemarin.

Walau begitu, ternyata satu bulan kemudian pada bulan Juni hasil olahan nikel sulfat tersebut sudah dilakukan ekspor.

Baca Juga: Keruk Pondasi Sedalam 70 Meter, Jembatan Rp381 Miliar di Barito Kuala Kalimantan Selatan Ini Gunakan Inovasi Cable Stayed Pylon Asimetrik, Apa Itu?

Menariknya, ekspor yang dilakukan pada 16 Juni kemarin merupakan pertama kalinya dalam sejarah Indonesia mampu melakukan pengiriman nikel sulfat ke luar negeri.

Pada saat melakukan ekspor tersebut, terdapat 290 kontainer yang berisi 5.584 ton nikel sulfat siap dikapalkan ke China.

Hasil nikel sulfat yang dikirimkan itu nantinya akan digunakan dalam produksi baterai lithium dengan kandungan nikel yang tinggi.

Baca Juga: Digugat Karena Hutang Rp1,8 Miliar, Perusahaan Tambang Nikel di Maluku Utara Ini Bakal Alami Pailit, Tapi…

Apalagi sekarang juga mulai banyak kendaraan listrik, sehingga baterai litium jenis seperti ini akan semakin banyak digunakan.

Sebagai tambahan, nantinya pabrik yang berada di Maluku Utara ini juga akan memiliki target untuk mengirimkan sekitar empat kapal agar dapat memenuhi target permintaan produksi nikel sulfat.

Maka tak heran jika pabrik nikel sulfat ini diklaim jadi yang terbesar di dunia, sekaligus jadi pionir pabrik nikel di Indonesia.

Baca Juga: Butuh Dana Rp500 Miliar, Proyek Flyover di Simpang Muara Rapak Balikpapan Positif Dilanjutkan, Kapan?

Apalagi pembangunannya juga menyerap investasi yang sangat besar, karena mencapai USD 1,06 miliar.

Jumlah tersebut sama dengan Rp14,8 triliun jika dikonversikan ke mata uang Indonesia. ***

 

Rekomendasi