Serap 2.320 Pekerja! Pabrik Kelapa Sawit Rp2 T di Kalimantan Selatan Diklaim Mampu Tingkatkan Devisa Negara, Benarkah?


InNalar.com –
Kalimantan Selatan (Kalsel) merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak ladang kelapa sawit.

Bahkan selain ladang kelapa sawit, Kalimantan Selatan juga memiliki pabrik biodiesel terbesar.

Tepatnya, tempat pengolahan tersebut berada di kawasan ekonomi khusus (KEK) di Kabupaten Tanah Bumbu.

Baca Juga: Guyurkan 170 Juta Dolar AS, PSAB Sudah Kantongi Proyek Tambang Emas Jumbo di Sulawesi Utara, Mulai Beroperasi Tahun…

Sebenarnya tempat pengolahan ini sudah diresmikan oleh presiden Jokowi pada Oktober tahun 2021 kemarin.

Dengan begitu, maka tempat pengolahan di Kalsel ini pastinya sudah beroperasi usai diresmikan kemarin.

Sementara itu, pemilik dari pabrik di Kalsel ini adalah PT. Jhonlin Grup.

Baca Juga: Gandeng China, Smelter Nikel Rp6 Triliun di Kalimantan Selatan Ini Mampu Serap 10 Ribu Pekerja, Kapan Rampung?

Bagi yang merasa asing, biodiesel merupakan minyak yang bersumber dari tumbuhan atau hewan sebagai pengganti alternatif solar yang menggunakan mesin diesel.

Sedangkan kelapa sawit merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk membuat biodiesel yang dimaksud.

Diketahui tempat pengolahan ini mempunyai kapasitas produksi mencapai 60 ton per jam.

Baca Juga: Raup Pendapatan Bersih Rp27,76 Triliun, ITMG Catat Penjualan Batu Bara Tembus 15,3 Juta Ton di Kuartal III 2023

Dalam memproduksi 60 ton per jam, tempat pengolahan ini memerlukan sekitar 1.600 ton per hari tandan buah segar.

Selain itu, tempat pengolahan ini juga mampu menyerap 2.320 pekerja sehingga mampu menghasilkan 1.500 ton biodiesel.

Dilansir InNalar.com dari Kominfo Pemkab Tanah Bumbu, saat membangun tempat pengolahan di Tanah Bumbu ini, Jhonlin Grup menginvestasikan sebanyak Rp2 triliun.

Baca Juga: Laba Bersih UNTR Nyusut Rp4 Triliun, United Tractors dan Anak Usahanya Masih Kompak Caplok Saham Danusa Tambang, Terungkap Ini Alasannya

Akan tetapi Rp2 triliun tersebut terbagi menjadi 2 bagian.

Bagian pertama menghabiskan Rp1 triliun untuk membangun pabrik biodiesel dan prasarana yang diperlukan.

Sedangkan bagian 2 sebesar Rp1 triliun digunakan untuk membangun Jety atau pelabuhan.

Baca Juga: Ada Sejak 700 Tahun Lalu, Desa di Belitung Timur Ini Jadi Wisata Tambang Timah dan Intan Hitam, Dibuka Mulai…

Sekedar informasi, dalam menghasilkan Biodiesel dan minyak goreng, nantinya tempat pengolahan ini akan mengambil pasokan dari beberapa tempat.

Karena sebesar 30% bahan baku akan diambil dari lokal, sedangkan sisa 70% akan dipasok dari luar daerah agar produksinya dapat disesuaikan.

Sebagai tambahan, dengan adanya pabrik di Tanah Bumbu ini, maka hal tersebut juga akan meningkatkan devisa negara.

Baca Juga: Berkapasitas 18,7 kWp, PLTS Irigasi di Sumatera Barat Ini Sukses Pasok Air ke 115 Petani, Hasil Panennya Naik Jadi…

Cara mengingkatkan devisa itu dilakukan dengan cara melihat harga biodiesel yang ada di dunia.

Jadi saat harganya sedang mengalami kenaikan, maka produk ini dikirimkan ke luar negeri.

Akan tetapi saat harganya tengah turun, maka lebih baik diolah di dalam negeri saja.

Baca Juga: Pangkas 618,5 Ton Emisi Karbon, PLTS Milik Perusahaan Tambang Batu Bara PTBA Ada di Dua Lokasi Berbeda, Setara Tanam 847 Pohon?

Sementara itu dari hasil produksi yang telah diolah, nantinya barang-barang tersebut akan diambil oleh Pertamina.

Seperti yang dijelaskan di atas, tempat pengolahan di Kalimantan Selatan ini diklaim merupakan jadi yang terbesar.

Maksud dari yang terbesar ini adalah saat membandingkan dengan 4 pabrik biodiesel lainnya yang berada di daerah lain.

Baca Juga: Kantongi Cuan Rp1,43 Triliun, Perusahaan Tambang Emas Ini Punya 3 Area Produksi Jumbo, Salah Satunya Ada di Malaysia?

Sebab terdapat tempat pengolahan biodiesel yang berada di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan juga daerah Sulawesi. ***

 

Rekomendasi