

inNalar.com – Serangan Hamas kembali diluncurkan pada Sabtu kemaren (7/10). Peperangan kembali berkecamuk di perbatasan Gaza.
Perang yang sudah terjadi memberikan efek yang begitu besar. Kepulan asap hitam mulai bermunculan di langit Gaza atas serangan Hamas dan juga Israel.
Israel mengatakan bahwa pasukannya terlibat dalam baku tembak dengan militan Hamas yang sedang bertugas menyusup ke Israel di tujuh lokasi yang berbeda.
Baca Juga: Pemerintah Israel Himbau Warga Sderot Mengunci Diri di Rumah Seiring Memanasnya Konflik dengan Hamas
Tidak hanya melalui jalur darat, militer Hamas juga menerjunkan pasukan penyusupnya melalui udara menggunakan paralayang.
Serangan yang dilancarkan Hamas telah memberikan kerusakan di darah Tel Aviv dan Yerusalem.
Mohammad Deif Komandan Militer Hamas menegaskan bahwa serangan ini merupakan pengumuman terhadap rakyat Palestina mengenai perebutan kembali Al-Aqsa.
Deif juga mengatakan kepada rakyat Palestina yang tersebar di Yerusalem Timur hingga Israel utara untuk bergabung dengan operasi yang dimulai dengan peluncuran ribuan roket ke Israel tersebut.
“Kembali kita rebut tanah kita, mari lakukan revolusi atas ulah yang dibuat Israel kepada kita,” tegas Deif selaku komandan militer Hamas dalam sebuah siaran televisi.
Tak tahan dengan provokasi yang dibuat oleh Deif, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mendeklarasikan bahwa Hamas telah melakukan kesalahan besar dan menjanjikan kemenangan atas peperangan yang dimulai Hamas.
Gendang perang yang telah dimulai Hamas, beberapa negara besar Rusia dan AS memberikan respon terhadap kejadian tersebut.
“Saya telah memberikan tawaran kepada Israel bahwa kita (AS) siap untuk mendukung tentara Israel kapanpun dengan cara yang tepat untuk menangani serangan Hamas yang telah dilakukan,” ujar Joe Biden selaku Presiden AS.
Biden menawarkan dukungan kepada Israel melalui telepon kepada Perdana Menteri Benyamin Nestanyahu.
Selain itu Joe Biden juga menawarkan tim keamanan beberapa negara di seluruh kawasan jazirah Arab untuk turut serta membantu Israel.
Pernyataan Biden tersebut direspon balik oleh partai oposisi (Partai Republik) bahwa kebijakan Biden yang telah membantu Iran untuk mengisi pundi-pundi Israel, dan Israel telah merasakan harga yang harus dibayar dari kebijakan itu.
Berbanding terbalik dengan Rusia, respon yang diberikan menawarkan kesepakatan damai antara kedua belah pihak.
Diwakili oleh Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menyarankan gencatan senjata serta meninggalkan kekerasan atas konflik yang semakin memburuk.
“Dengan bantuan masyarakat Internasional kami akan berusaha menangani konflik berkepanjangan yang belum usai hingga sekarang, bantuan negoisasi akan terus dilakukan untuk memulai proses damai,” terang Zakharova dalam pernyataannya.***